Roma
- Strada Virtual Tour
- 11 Agu 2021
- 20 menit membaca

Roma adalah sebuah kota dan comune khusus (bernama Roma Capitale) di Italia. Roma adalah ibu kota Italia dan regioni Lazio. Dengan 2,9 juta penduduk dalam wilayah seluas 1.285 km2, Roma juga merupakan comune terpadat dan terbesar di negara tersebut serta kota terpadat keempat di Uni Eropa menurut jumlah populasi di dalam batas kota. Kota Metropolitan Roma memiliki populasi 4,3 juta penduduk. Kota ini terletak di bagian barat-tengah Semenanjung Italia, dalam Lazio, di sepanjang pesisir Sungai Tiber. Kota Vatikan merupakan suatu negara independen yang secara geografis terletak di dalam batas-batas kota Roma, menjadi satu-satunya contoh yang masih ada negara yang terdapat di dalam suatu kota sehingga karenanya Roma sering kali didefinisikan sebagai ibu kota dua negara.
Sejarah Roma membentang lebih dari dua ribu lima ratus tahun. Kendati mitologi Romawi menarikhkan berdirinya Roma pada sekitar tahun 753 SM, situs ini telah dihuni jauh sebelumnya, menjadikannya salah satu situs tertua di Eropa yang secara kontinu ditempati. Populasi awal kota ini bersumber dari campuran orang Latin, Etruskan, dan Sabini. Pada akhirnya, kota ini berturut-turut menjadi ibu kota Kerajaan Romawi, Republik Romawi, dan Kekaisaran Romawi, serta dipandang sebagai salah satu tempat kelahiran peradaban Barat dan dipandang sebagai metropolis pertama oleh beberapa kalangan. Kota ini disebut sebagai "Roma Aeterna" (Kota Abadi) dan "Caput Mundi" (Ibu Kota Dunia), dua konsep sentral dalam budaya Romawi kuno.
Setelah jatuhnya Kekaisaran Barat, yang menandai permulaan Abad Pertengahan, Roma lambat laun jatuh di bawah kendali politis dari Kepausan, yang telah menetap di kota ini sejak abad ke-1 M, hingga pada abad ke-8 menjadi ibu kota Negara Gereja, yang berlangsung sampai tahun 1870.
Sejak Abad Renaisans, hampir semua paus sejak Paus Nikolas V (1422–55) sepanjang empat ratus tahun secara koheren mengupayakan suatu program arsitektonis dan urbanistis yang bertujuan untuk menjadikan kota ini pusat seni dan budaya dunia. Karena itu, Roma menjadi yang pertama di antara pusat-pusat utama Renaisans Italia, dan kelak tempat kelahiran gaya Barok maupun Neoklasikisme. Berbagai seniman, pelukis, pemahat, dan arsitek terkenal menjadikan Roma sebagai pusat aktivitas mereka, menciptakan beragam adikarya di seluruh kota. Pada tahun 1871, Roma menjadi ibu kota Kerajaan Italia, dan pada tahun 1946 menjadi ibu kota Republik Italia.
Roma menyandang status kota global. Pada tahun 2014, kota Roma menempati peringkat ke-14 yang paling banyak dikunjungi di dunia, ke-3 yang paling banyak dikunjungi di Uni Eropa, dan daya tarik wisata yang paling populer di Italia. Pusat bersejarahnya dicantumkan sebagai salah satu Situs Warisan Dunia oleh UNESCO. Bebagai monumen dan museum termasuk di antara tujuan-tujuan wisata dunia yang paling banyak dikunjungi; sebagai contoh misalnya Museum Vatikan dan Koloseum, keduanya sepanjang tahun menerima kunjungan jutaan wisatawan. Roma menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas 1960, dan merupakan tempat kedudukan Organisasi Pangan dan Pertanian (FAO).
Sejara
Sejarah awal
Terdapat bukti arkeologis mengenai pendudukan manusia di daerah Roma dari sekitar 14.000 tahun yang lalu, tetapi lapisan padat dari puing-puing yang jauh lebih muda mengaburkan situs-situs Paleolitik dan Neolitik. Bukti-bukti berupa peralatan dari batu, tembikar, dan senjata dari batu menunjukkan adanya keberadaan manusia selama sekitar 10.000 tahun yang lalu. Beberapa penggalian mendukung pandangan bahwa Roma berkembang dari pemukiman pastoral di Bukit Palatium yang dibangun di atas area yang kelak menjadi Forum Romawi. Antara akhir Zaman Perunggu dan permulaan Zaman Besi, terdapat desa pada masing-masing puncak bukit di antara laut dan Bukit Capitolinus. Adanya suatu desa di Bukit Capitolinus terbukti telah ada sejak akhir abad ke-14 SM. Namun, tidak satupun di antaranya yang memiliki suatu kualitas perkotaan. Saat ini, terdapat konsensus umum bahwa kota ini lahir secara bertahap melalui agregasi ("sinoikisme") beberapa desa di sekitar salah satu yang terbesar, bertempat di atas Bukit Palatium. Agregasi tersebut, menandakan perkembangan dari suatu proto-perkotaan menuju suatu situasi perkotaan, dilakukan dengan peningkatan produktivitas pertanian di atas tingkat subsistensi, yang memungkinkan aktivitas-aktivitas sekunder dan tersier: pada gilirannya, hal-hal ini mendorong perkembangan perdagangan dengan koloni-koloni Yunani di Italia selatan (terutama Ischia dan Cumae). Semua kejadian itu, yang menurut penggalian arkeologis berlangsung pada sekitar pertengahan abad ke-8 SM, dapat dianggap sebagai "kelahiran" kota ini. Terlepas dari penggalian-penggalian terbaru di Bukit Palatium (Palatino), pandangan bahwa Roma telah didirikan pada pertengahan abad ke-8 SM (penarikhan tradisi Romulus) melalui suatu tindakan berdasarkan kemauan—sebagaimana dikemukakan oleh legenda—masih merupakan suatu hipotesis eksperimental.
Legenda pendirian Roma
Cerita-cerita tradisional yang diwariskan oleh orang-orang Romawi kuno menjelaskan awal sejarah kota mereka dari sisi legenda dan mitos. Di antaranya yang paling umum, dan mungkin yang paling terkenal di antara semua mitologi Romawi, adalah kisah Romulus dan Remus, kedua anak kembar yang disusui oleh seekor serigala betina. Mereka memutuskan untuk membangun sebuah kota, namun setelah suatu perdebatan, Romulus membunuh saudaranya dan kota tersebut menggunakan namanya. Menurut para penulis sejarah Romawi, peristiwa itu terjadi pada tanggal 21 April 753 SM. Bagaimanapun, legenda tersebut perlu disesuaikan dengan suatu tradisi ganda, yang ditetapkan lebih awal, yang menceritakan pelarian seorang pengungsi Troya bernama Aineias ke Italia dan mengawali garis keturunan bangsa Romawi melalui Iulus putranya, senama dengan dinasti Julio-Claudian. Hal itu dilakukan oleh Virgilius sang penyair Romawi pada abad ke-1 SM.
Monarki, republik, kekaisaran
Artikel utama: Roma kuno, Kerajaan Romawi, Republik Romawi, dan Kekaisaran Romawi
Setelah pendirian legendaris oleh Romulus tersebut, Roma diperintah dengan suatu sistem monarki selama 244 tahun, awalnya oleh para penguasa dari suku Latin dan Sabini, kemudian oleh para raja Etruska. Tradisi tersebut menurunkan tujuh raja: Romulus, Numa Pompilius, Tullus Hostilius, Ancus Marcius, Tarquinius Priscus, Servius Tullius, dan Tarquinius Superbus.
Pada tahun 509 SM, orang-orang Romawi mengusir raja terakhir dari kota mereka dan mendirikan suatu republik oligarkis. Roma kemudian memulai suatu periode yang dikarakterisasi dengan pergulatan-pergulatan internal antara para patricius (aristokrat) dengan plebs (tuan tanah kecil), dan peperangan yang berkelanjutan melawan penduduk Italia tengah: kaum Etruska, Latin, Volsci, Aequi, Marsi. Setelah menguasai Latium, Roma memimpin beberapa peperangan (melawan orang Galia, orang Samnit-Osci dan koloni Yunani di Taranto, beraliansi dengan Pirus, raja Epirus) yang berakhir dengan penaklukan semenanjung Italia, dari daerah pusat hingga Magna Graecia.
Abad ke-3 dan ke-2 SM menjadi saksi pembentukan hegemoni Romawi atas Mediterania dan Timur, melalui peperangan melawan kota Kartago dalam ketiga Perang Punisia (264–146 SM) dan peperangan melawan Makedonia dalam ketiga Perang Makedonia (212–168 SM). Kemudian didirikan provinsi-provinsi Romawi pertama: Sisilia, Korsika dan Sardinia, Hispania, Makedonia, Yunani (Akhaya) dan Afrika.
Sejak permulaan abad ke-2 SM, terjadi perebutan kekuasaan antara kedua kelompok aristokrat: optimates, yang merupakan kelompok Senat konservatif, dan populares, yang mengandalkan bantuan plebs (kelas bawah perkotaan) untuk memperoleh kekuasaan. Pada periode yang sama, kebangkrutan para petani kecil dan timbulnya lahan-lahan besar yang mempekerjakan budak memicu migrasi besar-besaran ke kota ini. Perang yang berkelanjutan menimbulkan kebutuhan akan tentara profesional, yang lebih loyal kepada para jenderalnya daripada kepada republik. Oleh karena itu, pada paruh kedua abad ke-2 dan selama abad ke-1 SM, terjadi berbagai konflik internal maupun di luar negeri: setelah kegagalan upaya reformasi sosial yang dilakukan Tiberius dan Gaius Gracchus, dari kelompok populares dan perang melawan Jugurtha, terjadi perang saudara pertama antara Gaius Marius dan Sulla. Selanjutnya terjadi pemberontakan besar para budak di bawah kepemimpinan Spartakus, kemudian disusul pembentukan Triumvirat Pertama dengan Caesar, Pompeius, dan Crassus sebagai para pemimpinnya.
Penaklukan Galia menjadikan Caesar sangat berkuasa dan populer, yang menyebabkan terjadinya perang saudara kedua melawan Senat dan Pompeius. Setelah kemenangannya, Caesar mengukuhkan dirinya sebagai diktator seumur hidup. Pembunuhannya menyebabkan dibentuknya Triumvirat Kedua antara Oktavianus (pewaris dan cucu-keponakan Caesar), Markus Antonius, dan Lepidus, serta perang saudara yang lain antara Oktavianus dan Antonius. Oktavianus pada tahun 27 SM menjadi princeps civitatis dan mendapat gelar Augustus, mengawali principatus, suatu diarki antara princeps dan senat. Roma didirikan sebagai suatu kekaisaran de facto, yang meraih ekspansi terbesarnya pada abad kedua di bawah kepemimpinan Kaisar Trajanus, Roma dikukuhkan sebagai caput Mundi, yaitu ibu kota dunia, suatu ungkapan yang telah disematkan pada periode Republik. Selama dua abad pertamanya, kekaisaran dipimpin oleh para kaisar dari dinasti Julio-Claudian, Flavia (yang juga membangun amfiteater eponim, dikenal sebagai Koloseum), dan Antonin.Masa tersebut juga ditandai dengan penyebaran agama Kristen, yang diwartakan oleh Yesus Kristus di Yudea pada paruh pertama abad pertama (di bawah pemerintahan Tiberius) dan dipopulerkan oleh para rasul di seluruh kekaisaran dan juga di luarnya. Zaman Antonin dipandang sebagai puncaknya Kekaisaran, dengan wilayah terbentang dari Samudra Atlantik sampai Sungai Efrat dan dari Britania sampai Mesir.
Pada abad ketiga, pada akhir dinasti Antonin, dinasti Severan mengganti principatus dengan suatu pemerintahan militer, yang segera disusul oleh suatu periode ketidakstabilan anarkisme militer yang dikenal sebagai Krisis Abad Ketiga. Pada saat bersamaan terjadi pemburukan ekonomi, kenaikan inflasi, dan musuh-musuh historis Roma, yakni suku bangsa Jermanik di Barat dan Kekaisaran Persia di Timur, terus melakukan tekanan di daerah-daerah perbatasan.
Kaisar Diokletianus (284) berupaya untuk mengatasi permasalahan ekonomi dan militer dengan memperkenalkan dominatus (suatu monarki absolut yang menuhankan kaisarnya), memaksakan pengaturan harga, dan melakukan desentralisasi pemerintahan: kaisar membagi kekaisaran menjadi dua belas keuskupan sipil, memerintah dengan gelar Augustus atas paruh timur kekaisaran (dengan tempat kediamannya di Nikomedia) dan menyebut Maximianus sebagai Augustus paruh barat kekaisaran (bersama dengan pemindahan ibu kotanya ke Mediolanum). Suksesi tersebut diatur dengan pembentukan Tetrarki: masing-masing Augustus, pada kenyataannya, harus menunjuk seorang kaisar junior, disebut Caesar, yang memerintah suatu bagian dari wilayah Romawi atas nama Augustus-nya dan pada akhirnya kelak menjadi kaisar baru.
Setelah abdikasi Diokletianus dan Maximianus pada tahun 305 serta banyak konflik kedinastian, sistem tersebut runtuh, dan penguasa barunya, Konstantinus, kembali melakukan sentralisasi kekuasaan dan, dengan Maklumat Milan yang diterbitkan pada tahun 313, memberikan kebebasan beribadah bagi umat Kristen/Kristiani, serta berjanji untuk memberikan stabilitas bagi keberadaan agama tersebut. Ia membangun beberapa bangunan gereja, memberikan kekuasaan sipil Roma kepada Paus Silvester I, dan mendirikan ibu kota baru di bagian timur kekaisaran —yaitu Konstantinopel.
Kekristenan menjadi agama resmi kekaisaran berkat suatu maklumat yang dikeluarkan pada tahun 380 oleh Teodosius, yang merupakan kaisar terakhir dari suatu kekaisaran bersatu: setelah wafatnya, Arkadius dan Honorius putra-putranya membagi kekaisaran menjadi bagian barat dan timur. Ravenna menjadi ibu kota Kekaisaran Romawi bagian barat.
Roma, yang telah kehilangan peran sentralnya dalam pemerintahan kekaisaran, dijarah pada tahun 410 oleh suku Visigoth yang dipimpin oleh Alarik I, namun juga diwarnai oleh pendirian bangunan-bangunan sakral oleh para paus (melalui kerja sama dengan para kaisar). Kota ini, yang telah jatuh miskin dan kehilangan banyak penghuninya, mengalami penjarahan berikutnya pada tahun 455 oleh Genserik, raja suku Vandal. Para kaisar yang lemah dari abad ke-5 tidak mampu menghentikan penghancuran tersebut, hingga Romulus Augustus diturunkan dari takhtanya pada tanggal 22 Agustus 476 sebagai tanda berakhirnya Kekaisaran Romawi Barat dan, bagi banyak sejarawan, permulaan Abad Pertengahan.
Abad Pertengahan
Uskup Roma, yang disebut Paus, dipandang penting sejak awal mula Kekristenan karena kemartiran Rasul Petrus maupun Paulus di sini. Para Uskup Roma juga dipandang (dan masih dipandang demikian oleh umat Katolik) sebagai para penerus Petrus, Uskup Roma yang pertama. Kota ini karenanya menjadi semakin penting sebagai pusat Gereja Katolik. Setelah kejatuhan Kekaisaran Romawi Barat pada tahun 476 M, Roma berada di bawah kendali Odoaker dan kemudian menjadi bagian dari Kerajaan Ostrogoth sebelum kembali berada di bawah kendali Romawi Timur setelah Perang Goth yang menjadikan kota ini hancur. Populasinya mengalami penurunan dari satu juta penduduk lebih pada tahun 210 M menjadi 500.000 penduduk pada tahun 273 M hingga tinggal 35.000 penduduk setelah Perang Goth, sehingga kota yang luas ini susut menjadi berbagai kelompok bangunan berpenghuni di antara luasnya reruntuhan, vegetasi, perkebunan anggur dan perkebunan skala kecil
Setelah invasi suku Lombard atas Italia, kota ini secara nominal tetap di bawah kendali Bizantin, namun pada kenyataannya para paus menerapkan suatu kebijakan keseimbangan antara kaum Bizantin, Franka, dan Lombard Pada tahun 729, raja Lombard Liutprand menyumbangkan kota Sutri di bagian utara Latium kepada Gereja, yang mengawali kekuasaan temporal Gereja. Pada tahun 756, Pepin si Pendek, setelah mengalahkan suku Lombard, memberikan Paus yurisdiksi temporal atas Kadipaten Roma dan Eksarkat Ravenna, sehingga terbentuk Negara Gereja. Sejak periode tersebut, tiga kekuatan berupaya untuk memerintah kota ini: paus, kaum bangsawan, bersama dengan para pemimpin milisi, para hakim, Senat, serta rakyat; dan raja Franka, sebagaimana juga raja Lombard, patricius, dan Kaisar. Ketiga pihak tersebut (teokrat, republik, dan imperial) merupakan karakteristik kehidupan Romawi selama keseluruhan Abad Pertengahan. Pada malam Natal tahun 800, Charlemagne dimahkotai di Roma sebagai kaisar dari Kekaisaran Romawi Suci oleh Paus Leo III: pada kesempatan itu kota ini untuk pertama kalinya menjadi tuan rumah bagi kedua kekuatan yang terus menerus memperjuangkan kekuasaan universal sepanjang Abad Pertengahan
Setelah runtuhnya kekuasaan Karoling, Roma jatuh dalam kekuasaan anarki feodal: beberapa keluarga bangsawan terus berjuang melawan paus, kaisar, dan antara satu dengan yang lainnya. Saat itu adalah masa Teodora dan Marozia, yang diduga adalah selir dan ibu dari beberapa paus, serta Kresensius, seorang tuan feodal yang melangsungkan peperangan melawan Kaisar Otto II dan Otto III. Skandal-skandal pada periode ini mendorong kepausan untuk mereformasi diri: pemilihan paus menjadi diperuntukkan bagi kardinal, dan diupayakan reformasi kaum klerus. Kekuatan pendorong di balik pembaruan ini adalah rahib Ildebrando da Soana, yang setelah terpilih sebagai paus dengan nama Gregorius VII terlibat dalam Kontroversi Penobatan melawan Kaisar Heinrich IV. Selanjutnya, Roma dijarah dan dibakar oleh bangsa Norman di bawah pimpinan Robert Guiscard yang telah memasuki kota untuk mendukung sang paus yang dikepung di Castel S. Angelo.
Selama periode ini, kota Roma diperintah secara otonom oleh seorang senatore atau patrizio pada abad ke-12. Pemerintahan tersebut, sebagaimana lazimnya dalam kota-kota Italia, berevolusi menjadi commune, suatu bentuk baru organisasi sosial, ekspresi kelas-kelas kaya baru. Paus Lusius II telah berjuang melawan commune Romawi itu, dan pergulatan ini dilanjutkan oleh Paus Eugenius III penggantinya: kemudian commune itu, beraliansi dengan kaum bangsawan, didukung oleh Arnaldo da Brescia, seorang rahib yang adalah pembaharu religius dan sosial. Setelah wafatnya sang paus, Arnaldo ditawan oleh Paus Adrianus IV, yang menandai akhir dari otonomi commune tersebut. Di bawah kepemimpinan Paus Innosensius III, yang pemerintahannya menandai suatu titik kulminasi kepausan, commune melikuidasi senat dan menggantinya dengan suatu Senatore yang tunduk pada paus.
Dalam periode ini kepausan memainkan suatu peran penting dalam dunia sekuler Eropa Barat, sering kali bertindak sebagai arbiter atau penengah antara penguasa monarki Kristen dan menggunakan kekuasaan politik lainnya.
Pada tahun 1266, Charles dari Anjou, yang bergerak menuju selatan untuk memerangi dinasti Hohenstaufen atas nama paus, diangkat menjadi Senator. Charles mendirikan Sapienza, universitas Roma. Pada periode tersebut, ketika paus wafat dan para kardinal yang berhimpun di Viterbo tidak bersepakat mengenai penggantinya, penduduk kota ini marah dan membongkar atap bangunan tempat mereka berhimpun, lalu mengurung mereka sampai mereka berhasil memilih paus baru: peristiwa ini menandai lahirnya konklaf.Pada periode ini kota Roma juga mengalami kehancuran akibat perkelahian terus menerus di antara keluarga bangsawan Annibaldi, Caetani, Colonna, Orsini, dan Conti, berbasis dalam benteng-benteng mereka yang dibangun di atas struktur Romawi kuno, saling memerangi satu sama lain demi memegang kendali atas kepausan.
Paus Bonifasius VIII, terlahir dari keluarga Caetani, adalah paus terakhir yang memperjuangkan ranah universal Gereja: ia menyatakan perang salib terhadap keluarga Colonna, dan pada tahun 1300 ia menetapkan Yubileum Kekristenan pertama, yang membawa jutaan peziarah ke Roma. Namun, harapan-harapannya pupus karena raja Prancis Philippe IV, yang membuat ia ditawan dan disiksa di Anagni, menyebabkan ia meninggal dunia. Setelah itu, terpilih seorang paus yang setia kepada Prancis, dan kepausan dipindahkan ke Avignon (1309–1377). Selama periode ini, kota Roma terabaikan hingga kekuasaan beralih ke tangan seorang seorang rakyat jelata bernama Cola di Rienzo. Sebagai seorang idealis dan pencinta Roma kuno, Cola memimpikan kelahiran kembali Kekaisaran Romawi: setelah merebut kekuasaan dengan gelar Tribuno, reformasinya ditolak oleh rakyat. Kemudian Cola terpaksa mengungsi, namun ia dapat kembali bersama rombongan Kardinal Albornoz, dengan tugas memulihkan kekuasaan Gereja di Italia. Ia kembali berkuasa selama suatu kurun waktu yang singkat sebelum akhirnya dieksekusi oleh massa, dan Albornoz mengambil alih kota ini, yang kembali menjadi takhta kepausan pada tahun 1377 di bawah kepemimpinan Paus Gregorius XI. Kembalinya paus ke Roma pada tahun tersebut memicu terjadinya Skisma Barat (1378–1418) dan, selama empat puluh tahun ke depan, kota ini menjadi ajang perkelahian yang menjadikan Gereja terbagi.
Zaman modern awal
Pada tahun 1418, Konsili Konstanz mengakhiri Skisma Barat, dan memilih seorang paus dari Roma, Paus Martinus V. Hal ini menyebabkan perdamaian internal selama seabad di Roma, yang menandai permulaan Abad Renaisans. Para paus yang memerintah sampai paruh pertama abad ke-16, dari Paus Nikolas V, pendiri Perpustakaan Vatikan, sampai Paus Pius II, seorang humanis dan berpendidikan tinggi, dari Paus Sikstus IV, seorang paus pejuang, sampai Paus Aleksander VI, seorang amoral dan nepotis, dari Paus Yulius II, seorang prajurit dan pembina seni, sampai Paus Leo X, yang namanya digunakan untuk menyebut periode ini ("abad Leo X"), semuanya mencurahkan seluruh energi mereka untuk kemegahan dan keindahan Kota Abadi, kekuatan status mereka, serta patronase kesenian.
Selama tahun-tahun ini, pusat Renaisans Italia dipindahkan dari Florence (Firenze) ke Roma. Karya-karya megah, seperti Basilika Santo Petrus yang baru, Kapel Sistina, dan Ponte Sisto (jembatan pertama yang dibangun di Sungai Tiber setelah abad kuno, kendati dibangun di atas konstruksi Romawi), tercipta pada periode ini. Untuk mewujudkannya, para paus melibatkan para seniman terbaik pada masa tersebut, termasuk Michelangelo, Perugino, Raphael, Ghirlandaio, Luca Signorelli, Botticelli, dan Cosimo Rosselli.
Periode ini juga terkenal karena korupsi kepausan, sejumlah paus memiliki anak, dan keterlibatan dalam nepotisme serta simoni. Korupsi yang dilakukan paus-paus tersebut, dan pengeluaran yang besar untuk proyek-proyek bangunan mereka, berkontribusi pada terjadinya Reformasi Protestan dan akhirnya Kontra Reformasi. Paus Aleksander VI, misalnya, dikenal karena dekadensinya, kehidupan amoral dan pemborosan. Di bawah pimpinan paus-paus yang kaya dan melakukan pemborosan, Roma berubah menjadi pusat seni, kepenyairan, musik, sastra, pendidikan, dan budaya. Roma mampu menyaingi kota-kota besar Eropa lainnya pada masa tersebut dalam hal kekayaan, kemegahan, seni, pembelajaran, dan arsitektur.
Periode Renaisans mengubah wajah Roma secara dramatis, dengan karya-karya seni seperti Pietà oleh Michelangelo dan beragam fresko di Apartemen Borgia. Roma mencapai puncak kemegahannya pada periode Paus Yulius II (1503–1513) serta Paus Leo X dan Paus Klemens VI pengganti-penggantinya, keduanya adalah anggota keluarga Medici.
Dalam periode dua puluh tahun ini, Roma menjadi salah satu pusat seni terbesar di dunia. Basilika St. Petrus lama yang dibangun oleh Kaisar Konstantinus Agung, yang saat itu kondisinya telah bobrok, dihancurkan dan dibangun yang baru. Kota ini mewadahi seniman-seniman seperti Ghirlandaio, Perugino, Botticelli, dan Bramante, yang membangun Gereja San Pietro in Montorio dan merencanakan suatu proyek besar untuk merenovasi Istana Vatikan. Rafael, yang di Roma menjadi salah satu pelukis paling terkenal dari Italia, membuat fresko-fresko di Villa Farnesina, Ruangan Rafael, ditambah banyaknya lukisan terkenal yang lain. Michelangelo memulai dekorasi langit-langit Kapel Sistina dan mengerjakan patung terkenal Musa untuk makam Paus Yulius II. Roma kehilangan sebagian karakter religiusnya, semakin menjadi suatu kota Renaisans yang sejati, dengan sejumlah besar perayaan populer, pacuan kuda, pesta, episode-episode tak bermoral dan intrik.
Perekonomiannya maju, dengan kehadiran beberapa bankir dari Toscana, termasuk Agostino Chigi, yang adalah teman Rafael dan pelindung kesenian. Sebelum wafatnya di usia muda, Rafael juga mendorong pelestarian reruntuhan kuno untuk yang pertama kalinya. Pergulatan antara Prancis dan Spanyol di Eropa menyebabkan penjarahan pertama kota ini dalam waktu kurang dari lima ratus tahun setelah penjarahan sebelumnya. Pada tahun 1527, Kaisar Landsknecht Karl V menjarah kota ini, secara tiba-tiba mengakhiri masa keemasan Renaisans di Roma.
Diawali dengan Konsili Trente pada tahun 1545, Gereja memulai Kontra Reformasi sebagai suatu tanggapan atas Reformasi Protestan, suatu keraguan dalam skala besar terhadap otoritas Gereja mengenai hal-hal rohani dan urusan pemerintahan. Kehilangan kepercayaan tersebut kemudian menyebabkan pergeseran penting kekuasaan sekuler dari Gereja. Di bawah kepemimpinan para paus dari Paus Pius IV sampai Paus Sikstus V, Roma menjadi pusat Katolisisme reformasi dan dibangun monumen-monumen baru untuk merayakan pemulihan kebesaran kepausan. Para paus dan kardinal dari abad ke-17 dan awal abad ke-18 melanjutkan gerakan itu dengan mendirikan bangunan-bangunan Barok untuk memperkaya lanskap kota.
Periode tersebut merupakan masa nepotis lainnya: keluarga-keluarga bangsawan baru (Barberini, Pamphili, Chigi, Rospigliosi, Altieri, Odescalchi) mendapat perlindungan dari pausnya masing-masing, yang mendirikan bangunan-bangunan Barok besar bagi keluarga mereka. Selama Abad Pencerahan, ide-ide baru juga sampai ke Kota Abadi, tempat kepausan mendukung berbagai studi arkeologi dan peningkatan kesejahteraan rakyat. Namun, tidak semua aspek berjalan dengan baik bagi Gereja selama Kontra Reformasi. Terdapat beberapa kemunduran dalam berbagai upaya untuk menahan kebijakan-kebijakan anti-Gereja dari kekuatan Eropa pada pada waktu itu, kemunduran yang paling menonjol mungkin pada tahun 1773 ketika Paus Klemens XIV dipaksa oleh kekuatan sekuler untuk menekan ordo Yesuit.
Zaman modern akhir dan kontemporer
Pemerintahan para paus sempat diinterupsi oleh Republik Roma (1798–1800) yang berumur pendek, yang didirikan di bawah pengaruh Revolusi Prancis. Negara Gereja dipulihkan pada bulan Juni 1800, namun selama pemerintahan Napoleon, Roma dianeksasi sebagai suatu Département dari Kekaisaran Prancis: pertama-tama sebagai Département du Tibre (1808–10) dan selanjutnya sebagai Département Rome (1810–14). Setelah kejatuhan Napoleon, Negara Gereja di bawah kepemimpinan paus itu dipulihkan kembali melalui Kongres Wina tahun 1814.
Pada tahun 1849, Republik Roma lainnya timbul di dalam bingkai revolusi 1848. Dua tokoh yang paling berpengaruh dalam unifikasi Italia, Giuseppe Mazzini dan Giuseppe Garibaldi, berjuang demi republik yang berumur pendek itu.
Roma kemudian menjadi fokus harapan akan reunifikasi Italia, sebab wilayah Italia yang lain telah dipersatukan kembali sebagai Kerajaan Italia, dengan ibu kota sementara di Firenze. Pada tahun 1861, Roma dinyatakan sebagai ibu kota Italia kendati masih berada di bawah kendali paus. Selama tahun 1860-an, sisa-sisa terakhir dari Negara Gereja berada di bawah perlindungan Prancis berkat kebijakan luar negeri Napoleon III. Baru setelah perlindungan itu dicabut pada tahun 1870, karena terjadinya Perang Prancis-Prusia, pasukan Italia dapat merebut Roma dengan memasuki kota ini melalui suatu serbuan di dekat Porta Pia. Setelah itu, Paus Pius IX menyatakan dirinya sebagai tawanan di Vatikan dan, pada tahun 1871, ibu kota Italia akhirnya dipindahkan dari Firenze ke Roma.
Tidak lama setelah Perang Dunia I, Roma menjadi saksi kebangkitan Fasisme Italia, dipimpin oleh Benito Mussolini, yang melakukan mars menuju kota ini pada tahun 1922. Ia kemudian mendeklarasikan suatu Kekaisaran Italia yang baru dan menjadikan Italia beraliansi dengan Jerman Nazi. Mussolini meruntuhkan sebagian besar pusat kota ini dalam rangka membangun berbagai lapangan dan jalan lebar yang dimaksudkan untuk merayakan rezim fasis dan kebangkitan kembali Roma klasik. Periode antarperang tersebut menyaksikan cepatnya pertumbuhan penduduk kota ini, yang melampaui satu juta penduduk. Dalam Perang Dunia II, karena kekayaan seninya dan keberadaan Vatikan, Roma pada dasarnya lolos dari nasib tragis sebagamana dialami kota-kota besar Eropa lainnya. Namun, pada tanggal 19 Juli 1943, Distrik San Lorenzo dibombardir oleh pasukan Inggris-Amerika, yang mengakibatkan kematian seketika 3.000 orang dan 11.000 orang lainnya terluka yang darinya 1.500 orang kemudian meninggal dunia. Setelah kejatuhan Mussolini dan Gencatan Senjata Italia pada tanggal 8 September 1943, kota ini diduduki oleh Jerman dan dinyatakan sebagai kota terbuka hingga pembebasannya pada tanggal 4 Juni 1944.
Roma berkembang dengan pesat setelah perang tersebut, sebagai salah satu kekuatan pendorong di belakang "keajaiban ekonomi Italia" dalam modernisasi dan rekonstruksi pasca-perang pada tahun 1950-an dan 1960-an. Sepanjang periode ini, tahun-tahun la dolce vita ("kehidupan yang manis"), Roma menjadi suatu kota yang modis; film-film klasik populer seperti Ben Hur, Quo Vadis, Roman Holiday, dan La Dolce Vita di filmkan di Cinecittà, studio-studio film ikonik di kota ini. Tren peningkatan populasi berlanjut sampai pertengahan tahun 1980-an, ketika comune ini telah memiliki lebih dari 2,8 juta penduduk. Setelah itu, populasi mulai menurun secara perlahan karena para penghuni kota mulai pindah ke pinggiran kota Roma di dekat hunian asalnya.
Agama
Sama seperti wilayah Italia lainnya, Roma didominasi oleh penganut Katolik Roma, dan kota ini telah menjadi pusat agama dan ziarah yang penting selama berabad-abad, sebagai basis agama Romawi kuno dengan pontifex maximusnya serta kelak menjadi tempat kedudukan Vatikan dan sri paus. Sebelum kedatangan orang-orang Kristen di Roma, Religio Romana (secara harfiah: "Agama Romawi") merupakan agama utama di kota ini pada era klasik. Para dewa pertama yang disakralkan oleh orang Romawi adalah Yupiter, sebagai yang tertinggi, serta Mars, dewa perang dan menurut tradisi adalah ayah dari para pendiri kembar Roma, Romulus dan Remus. Dewa-dewi lainnya seperti Vesta dan Minerva diberikan penghormatan. Roma juga menjadi basis beberapa kultus misteri, misalnya Mithraisme. Di kemudian hari, setelah Santo Petrus dan Santo Paulus wafat sebagai martir di kota ini, dan orang-orang Kristen pertama mulai berdatangan, Roma menjadi penganut Kristen, dan Basilika Santo Petrus Lama dibangun pada tahun 313 M. Meskipun terdapat beberapa gangguan (seperti kepausan Avignon), selama berabad-abad Roma telah menjadi rumah dari Gereja Katolik Roma dan Uskup Roma, atau dikenal sebagai Paus.
Terlepas dari kenyataan bahwa Roma adalah rumah bagi Kota Vatikan dan Basilika St. Petrus, katedral Roma adalah Basilika Agung Santo Yohanes Lateran, terletak di sebelah timur-selatan pusat kota. Secara keseluruhan terdapat sekitar 900 bangunan gereja, selain dari katedral itu sendiri, beberapa di antaranya yang terkenal misalnya: Basilika Santa Maria Maggiore, Basilika Santo Paulus di Luar Tembok, Basilika San Clemente, San Carlo alle Quattro Fontane, dan Gereja Gesù. Terdapat juga katakomba kuno di bawah kota ini, yaitu Katakomba Roma. Banyak institusi pendidikan religius yang sangat penting di Roma seperti Universitas Kepausan Lateran, Institut Kitab Suci Kepausan, Universitas Kepausan Gregoriana, dan Institut Oriental Kepausan.
Dalam beberapa tahun terakhir, terjadi pertumbuhan yang signifikan dalam komunitas Muslim Roma, terutama karena imigrasi dari negara-negara Timur Tengah dan Afrika Utara ke kota ini. Akibat dari meningkatnya jumlah praktisi keimanan Islam tersebut, comune ini mempromosikan pembangunan Masjid Roma, yang merupakan masjid terbesar di Eropa Barat, dirancang oleh arsitek Paolo Portoghesi dan diresmikan pada tanggal 21 Juni 1995. Sejak berakhirnya Republik Romawi, Roma juga merupakan pusat dari suatu komunitas Yahudi yang penting,[88] yang pernah berbasis di Trastevere, dan kemudian di Ghetto Roma. Terdapat juga sinagoge besar di Roma, yaitu Tempio Maggiore.
Kota Vatikan
Wilayah Kota Vatikan merupakan bagian dari Mons Vaticanus (Bukit Vatikan), dan berdekatan dengan bekas Lapangan Vatikan, tempat Basilika St. Petrus, Istana Apostolik, Kapel Sistina, dan pelbagai museum dibangun, bersama dengan beragam bangunan lainnya. Area tersebut adalah bagian dari rione Romawi Borgo sampai tahun 1929. Terpisah dari kota ini di tepi barat Sungai Tiber, area tersebut merupakan pinggiran kota yang terlindung karena berada di dalam tembok Paus Leo IV, yang kemudian diperluas oleh tembok fortifikasi saat ini oleh Paus Paulus III/Pius IV/Urbanus VIII.
Ketika Perjanjian Lateran tahun 1929 yang menciptakan negara Vatikan sedang dipersiapkan, batas-batas wilayah yang diusulkan dipengaruhi oleh kenyataan bahwa banyak di antaranya mencakup semua tetapi tertutup oleh lingkaran itu. Pada beberapa bidang perbatasan tidak ada tembok, namun jajaran bangunan-bangunan tertentu menjadi bagian dari batas tersebut, dan pada sebagian kecil perbatasan dibangun tembok modern.
Wilayah Kota Vatikan termasuk Lapangan Santo Petrus, dipisahkan dari wilayah Italia hanya dengan garis putih di sepanjang batas lapangan itu, berbatasan dengan Piazza Pio XII. Lapangan St. Petrus dapat dicapai melalui Via della Conciliazione, yang membentang dari Sungai Tiber sampai lapangan itu. Pendekatan besar tersebut dirancang oleh arsitek Piacentini dan Spaccarelli, atas keinginan Benito Mussolini dan sejalan dengan Gereja, setelah akhir dari Perjanjian Lateran. Menurut Perjanjian Lateran, beberapa properti Takhta Suci yang terletak di wilayah Italia, seperti Istana Kepausan Castel Gandolfo dan berbagai basilika mayor, memperoleh status ekstrateritorial yang serupa dengan kedutaan asing.
Ziarah
Roma telah menjadi salah satu situs ziarah Kristen yang utama sejak Abad Pertengahan. Orang-orang dari seluruh dunia Kristiani mengunjungi Kota Vatikan, di dalam kota Roma, tempat kedudukan dari kepausan. Paus dianggap sebagi figur yang paling berpengaruh selama Abad Pertengahan. Kota ini menjadi salah satu tempat ziarah utama selama Abad Pertengahan serta menjadi fokus pergulatan antara Kepausan dan Kekaisaran Romawi Suci sejak Charlemagne, yang dinobatkan pada tahun 800 oleh Paus Leo III di Roma sebagai kaisar pertamanya. Terlepas dari periode waktu yang singkat sebagai suatu kota independen selama Abad Pertengahan, Roma mempertahankan statusnya sebagai ibu kota Kepausan dan "kota suci" selama berabad-abad, bahkan ketika Kepausan direlokasi sementara ke Avignon (1309–1377). Umat Katolik meyakini bahwa Vatikan adalah tempat dimakamkannya St. Petrus.
Ziarah ke Roma dapat mencakup kunjungan ke sejumlah besar situs, baik di dalam Kota Vatikan maupun di wilayah Italia. Salah satu perhentian populer yaitu tangga Pilatus: tangga ini, menurut tradisi Kristen, adalah 28 anak tangga menuju praetorium Pontius Pilatus di Yerusalem, tempat Yesus Kristus berdiri saat Sengsara-Nya dalam perjalanan ke pengadilan.[89] Dikatakan bahwa tangga tersebut dibawa ke Roma oleh St. Helena pada abad ke-4. Selama berabad-abad, Scala Santa telah menarik perhatian para peziarah Kristen yang ingin menghormati Sengsara Yesus. Objek ziarah yang lain misalnya beberapa katakomba yang dibangun pada zaman Romawi, yang menjadi tempat orang-orang Kristen berdoa, mengubur yang meninggal dunia, dan melakukan ibadah selama periode penganiayaan, selain itu juga terdapat berbagai gereja nasional (di antaranya San Luigi dei Francesi dan Santa Maria dell'Anima) maupun gereja-gereja terkait tarekat religius tertentu seperti Gereja Yesuit Yesus dan Sant`Ignazio.
Menurut tradisi, para peziarah di Roma dan warga Roma yang bersyukur kepada Allah atas suatu rahmat harus mengunjungi tujuh gereja ziarah (bahasa Italia: Le sette chiese) dengan berjalan kaki dalam waktu 24 jam. Kebiasaan itu, suatu keharusan bagi setiap peziarah pada Abad Pertengahan, dikodifikasikan pada abad ke-16 oleh St. Filipus Neri. Ketujuh gereja tersebut yaitu keempat Basilika mayor (St. Petrus di Vatikan, St. Paulus di Luar Tembok, St. Yohanes di Lateran, dan Santa Maria Maggiore), sementara ketiga lainnya yaitu San Lorenzo fuori le mura (suatu Basilika paleokristen), Santa Croce in Gerusalemme (suatu Basilika yang didirikan oleh St. Helena, ibu Konstantinus Agung, berisikan fragmen-fragmen kayu yang dikaitkan dengan Salib Suci), dan San Sebastiano fuori le mura (yang terletak di Jalan Appia dan dibangun di atas Katakomba San Sebastiano).
Pariwisata
Roma masa kini merupakan salah satu tujuan wisata terpenting di dunia, berkat harta kekayaan arkeologis dan artistik kota ini yang sangat banyak, serta pesona tradisinya yang unik, keindahan pemandangan panoramiknya, dan kesemarakan berbagai "villa" (taman) yang megah di kota ini. Di antara semua konservasinya yang paling signifikan terdapat banyak museum (Musei Capitolini, Museum Vatikan, Galleria Borghese, dan lainnya yang didedikasikan untuk seni kontemporer dan modern), akuaduk, air mancur, bangunan gereja, istana, bangunan bersejarah, monumen dan reruntuhan Forum Romawi, serta Katakomba. Roma adalah kota ketiga di Uni Eropa yang paling banyak dikunjungi, setelah London dan Paris, serta menerima rata-rata 7–10 juta wisatawan setiap tahunnya, yang kadang-kadang berlipat ganda pada masa tahun-tahun suci. Menurut suatu studi belakangan ini, Koloseum (4 juta wisatawan) dan Museum Vatikan (4.2 juta wisatawan) berturut-turut menempati peringkat ke-39 dan ke-37 sebagai tempat yang paling banyak dikunjungi di dunia.
Roma merupakan suatu pusat penting dunia arkeologi, dan salah satu pusat utama penelitian arkeologis di dunia. Terdapat berbagai lembaga penelitian dan kultural yang berlokasi di kota ini, misalnya Akademi Amerika di Roma,[116] dan Institut Swedia di Roma. Roma memiliki banyak situs kuno, termasuk di antaranya yaitu Forum Romanum, Pasar Trajanus, Forum Trajanus, Koloseum, dan Pantheon. Koloseum (Colosseum), dapat dikatakan salah satu situs arkeologi Roma yang paling ikonik, dipandang sebagai suatu keajaiban dunia ini.
Roma memiliki banyak koleksi seni, pahatan, air mancur, mosaik, fresko, dan lukisan yang mengesankan dari berbagai periode berbeda. Roma pertama kali menjadi pusat utama seni pada zaman Roma kuno, dengan beragam bentuk seni Romawi yang penting seperti karya arsitektur, lukisan, patung, dan mosaik. Olahan logam, koin dan ukiran batu permata, ukiran gading, patung kaca, tembikar, serta ilustrasi buku, dipandang sebagai bentuk-bentuk 'kecil' karya seni Roma Roma kemudian menjadi suatu pusat utama seni Renaisans, karena para paus banyak melakukan pembangunan megah basilika, istana, piazza dan bangunan-bangunan publik pada umumnya. Roma menjadi salah satu pusat utama karya seni Renaisans di Eropa, kedua setelah Firenze, dan dapat dibandingkan dengan berbagai pusat kebudayaan dan kota besar lainnya seperti Paris dan Venesia. Kota ini sangat dipengaruhi Barok, serta menjadi rumah bagi banyak seniman dan arsitek seperti Bernini, Caravaggio, Carracci, Borromini, dan Cortona. Pada akhir abad ke-18 dan awal abad ke-19, kota ini merupakan salah satu pusat destinasi Grand Tour, ketika kaum kaya, kaum muda Inggris dan kaum aristokrat Eropa lainnya mengunjungi kota ini untuk mempelajari arsitektur, filsafat, seni, dan kebudayaan Romawi kuno. Roma menjadi tempat bernaung sejumlah besar seniman rokoko dan neoklasik seperti Pannini dan Bernardo Bellotto. Saat ini Roma merupakan suatu pusat seni utama, dengan banyaknya keberadaan lembaga seni dan museum.
Roma memiliki stok arsitektur dan seni modern serta kontemporer yang kian bertumbuh. Galeri Nasional Seni Modern memiliki berbagai hasil karya Balla, Morandi, Pirandello, Carrà, De Chirico, De Pisis, Guttuso, Fontana, Burri, Mastroianni, Turcato, Kandisky dan Cézanne pada ekshibisi permanen. Tahun 2010 menjadi saksi dibukanya fundamen seni terbaru Roma, suatu galeri arsitektur dan seni kontemporer yang didesain oleh arsitek terkenal Irak bernama Zaha Hadid. Dikenal dengan sebutan MAXXI – Museum Nasional Seni Abad ke-21, galeri tersebut memulihkan suatu area usang dengan arsitektur modern yang mencolok. Maxxi dilengkapi dengan sebuah kampus yang didedikasikan untuk budaya, laboratorium-laboratorium penelitian eksperimental, serta penelitian, studi, dan pertukaran internasional. Maxxi merupakan salah satu proyek arsitektur modern Roma yang paling ambisius bersama dengan Auditorium Parco della Musica karya Renzo Piano dan Pusat Konvensi Roma di distrik EUR, yaitu Centro Congressi, karya Massimiliano Fuksas yang rencananya dibuka pada tahun 2016. Pusat konvensi tersebut memiliki suatu wadah tembus pandang yang sangat besar, di dalamnya digantung suatu struktur baja dan teflon yang menyerupai awan serta berisikan ruangan-ruangan pertemuan dan sebuah auditorium dengan dua piazza yang semua sisinya terbuka.
Comments