top of page

Moskow, Rusia



Moskwa atau Moskow (bahasa Rusia: Москва, Moskva) adalah ibu kota Rusia sekaligus pusat politik, ekonomi, budaya, dan sains utama di negara tersebut. Moskwa adalah kota berpenduduk terbanyak di Rusia dan Eropa serta menjadi kawasan urban terbesar ke-6 di dunia. Berdasarkan sensus tahun 2010, Moskwa memiliki penduduk sebesar 11,5 juta jiwa. Semenjak wilayah kota ini diperluas ke arah barat daya ke kawasan Oblast Moskwa, wilayahnya bertambah luas 2,5 kali lipat, dari 1.000 km2 menjadi 2.500 km2, dengan tambahan penduduk lebih dari 230.000 orang. Menurut Forbes, pada tahun 2011, Moskwa merupakan kota yang paling banyak dihuni oleh orang terkaya di dunia.

Kota ini pertama kali disebut keberadaannya pada tahun 1147. Sebelumnya, Moskwa juga pernah menjadi ibu kota Ketsaran Rusia hingga dipindahkan oleh Pyotr yang Agung pada masa Kekaisaran Rusia ke Sankt-Peterburg, sebuah kota baru yang dibangun di pesisir Laut Baltik yang direbut dari Swedia setelah kalah perang melawan Rusia. Pasca-Revolusi Oktober, atas prakarsa Vladimir Lenin, Moskwa kembali menjadi ibu kota Rusia sekaligus Uni Soviet sejak 19221991.

Kota ini dilayani oleh jaringan transportasi yang tersebar di seluruh penjuru kota, termasuk di dalamnya empat bandar udara internasional, sembilan stasiun kereta api, dan sistem kereta api bawah tanah yang jumlah penumpangnya hanya kalah dari Tokyo dan Seoul. Sistem kereta api bawah tanahnya ini juga merupakan salah satu tengaran kota ini selain Kremlin dan Katedral Santo Basil karena arsitektur 194 stasiunnya yang beragam.


Sejarah

Nama Moskwa diambil dari nama sungai yang membelah kota ini (dengan nama lama dalam bahasa Rusia: гра́д Моско́в, grad Moskov, terjemahan harfiahnya 'kota di tepi Sungai Moskwa'). Dalam catatan sejarah, nama kota ini disebut pertama kali pada tahun 1147 kala Yuri Dolgorukiy berkata kepada seorang pangeran dari Novgorod-Severski, "datanglah kemari, saudaraku, ke Moskwa."

Sejarah awal (1147-1283)

Sembilan tahun kemudian, pada tahun 1156, Pangeran Yuri Dolgorukiy dari Rostov memerintahkan pembangunan tembok kayu, Kremlin, yang belakangan harus dibangun berulang kali, mengelilingi Moskwa yang saat itu sedang berkembang.

Pasca-serangan bangsa Mongol pada tahun 12371238 yang membumihanguskan Moskwa dan menghabiskan penduduknya, kota ini berangsur-angsur pulih dan menjadi ibu kota Kepangeranan Vladimir-Suzdal pada tahun 1327. Letaknya yang strategis di hulu Sungai Volga membuat kota ini berkembang pesat. Moskwa lalu berkembang menjadi kepangeranan yang stabil dan makmur dengan nama Kadipaten Agung Moskwa selama bertahun-tahun.

Keharyapatihan Moskwa (1283-1547)

Pada masa kepemimpinan Ivan I dari Moskwa, kota ini menggantikan Tver sebagai pusat politik Vladimir-Suzdal dan menjadi satu-satunya kota penghimpun pajak untuk para penguasa Mongol-Tatar. Dengan membayar upeti tinggi, Ivan berhasil memperoleh keistimewaan dari Khan. Keistimewaan itu berupa kelonggaran kepada Ivan untuk mewariskan wilayah Moskwa kepada anak tertuanya tanpa harus membagi rata kepada anak-anaknya yang lain. Sementara itu, penolakan Moskwa terhadap kekuasaan asing terus tumbuh. Pada tahun 1380, Pangeran Dmitry Donskoy memimpin tentara Rusia bersatu dalam Perang Kulikovo yang menjadi salah satu kemenangan penting melawan bangsa Tatar. Akan tetapi, perang itu bukanlah perang penentu kemenangan karena dua tahun kemudian, Khan Tokhtamysh menyerang balik Moskwa. Baru pada tahun 1480, Ivan III berhasil membebaskan bangsa Rusia dari kendali bangsa Tatar sehingga membuat Moskwa menjadi pusat kekuasaan di Rusia. Pada masa kepemimpinan Ivan III, kota ini menjadi ibu kota kekaisaran yang meliputi semua wilayah Rusia saat ini dan wilayah-wilayah lain di sekitarnya.

Ketsaran Rusia (1547-1721)

Pada tahun 1571, bangsa Tatar Krimea menyerang dan menjarah Moskwa, membumihanguskan semua bangunan yang ada, kecuali Kremlin.

Pada tahun 1609, pasukan Tentara Swedia yang dipimpin oleh Jacob de la Gardie dan Evert Horn memulai perjalanan panjang mereka dari Novgorod Raya ke Moskwa untuk membantu Tsar Vasili IV. Para tentara itu sampai di Moskwa pada tahun 1610 dan ikut meredam pemberontakan melawan Tsar, tetapi pulang begitu saja setahun kemudian. Tak berapa lama, datanglah pasukan Tentara Polandia-Lituania menyerang Moskwa. Dalam Perang Polandia-Moskwa itu, Hetman Stanisław Żółkiewski memasuki Moskwa setelah berhasil mengalahkan Rusia dalam Perang Klushino. Abad ke-17 diwarnai oleh banyak pemberontakan rakyat seperti pembebasan Moskwa dari penjajahan Polandia-Lituania (1612), Kerusuhan Garam (1648), Kerusuhan Tembaga (1662), dan Pemberontakan Moskwa 1682. Wabah Maut Hitam mendera Moskwa pada tahun 15701571, 1592, lalu 16541656.

Kekaisaran Rusia (1721-1917)

Kota ini kehilangan statusnya sebagai ibu kota Rusia pada tahun 1712 pasca-pendirian Sankt-Peterburg oleh Pyotr yang Agung yang terletak di pesisir Laut Baltik sembilan tahun sebelumnya. Wabah pes yang lagi-lagi mendera Rusia pada tahun 1771 merupakan wabah pes terakhir yang menyebar luas di wilayah Rusia bagian tengah. Di Moskwa saja, wabah itu merenggut nyawa 100.000 orang. Dalam invasi Prancis ke Rusia pada tahun 1812, penduduk Moskwa membumihanguskan kota sebelum meninggalkannya karena pasukan tentara Napoleon mulai memasuki kota itu pada tanggal 14 September. Aksi pembumihangusan itu memaksa pasukan Grande Armée pimpinan Napoleon itu mundur karena dilanda kelaparan dan kedinginan, bahkan hampir binasa akibat kejamnya musim dingin di Rusia dan adanya serangan sporadis dari pasukan militer Rusia. Tercatat 400.000 prajurit tewas dan hanya beberapa ratus ribu yang berhasil pulang.

Pada bulan Januari 1905, jabatan gubernur kota atau wali kota secara resmi dibentuk di Moskwa dengan Alexander Adrianov sebagai pejabat pertamanya.

Uni Soviet (1917-1991)

Sebagai akibat dari Revolusi Oktober, pada tanggal 12 Maret 1918, Moskwa dijadikan sebagai ibu kota Republik Sosialis Federasi Soviet Rusia, lalu Uni Soviet kurang dari lima tahun kemudian. Selama Perang Patriotik Raya, Komite Pertahanan Negara Uni Soviet dan Staf Umum Tentara Merah berkedudukan di Moskwa.

Pada tahun 1941, 16 divisi sukarelawan nasional (terdiri atas lebih dari 160.000 orang), 25 batalyon (18.500 orang), dan 4 resimen teknik mesin dibentuk dengan anggota penduduk Moskwa. Dalam Perang Moskwa pada bulan November 1941, mereka berhasil menghentikan Pusat Kelompok Angkatan Darat Jerman Nazi di batas terluar kota itu, lalu mengusirnya. Sejumlah besar pabrik dievakuasi, bersamaan dengan sebagian besar lembaga pemerintah. Sejak tanggal 20 Oktober 1941, Moskwa dinyatakan berada dalam kepungan musuh. Para penduduk Moskwa yang bertahan membangun dan mengawasi penangkis tank kala kota itu dihantui serangan udara. Josef Stalin menolak beranjak pergi dari Moskwa sehingga para staf umum dan anggota Dewan Komisar Rakyat mau tidak mau juga harus bertahan di kota itu. Meski dikepung dan dihujani bom udara oleh musuh, pembangunan Metro Moskwa terus berlanjut sehingga tidak heran bila beberapa jalur baru metro dibuka hanya beberapa saat setelah perang berakhir.

Jumlah korban perang di pihak Jerman Nazi maupun Uni Soviet dalam Perang Moskwa masih diperdebatkan hingga sekarang karena beberapa sumber menyebutkan perkiraan yang cukup berbeda. Jumlah korban tewas dalam perang antara tanggal 30 September 1941 hingga 7 Januari 1942 diperkirakan antara 248.000 sampai 400.000 jiwa di pihak Wehrmacht dan antara 650.000 sampai 1.280.000 jiwa di pihak Tentara Merah.

Pada tanggal 1 Mei 1944, medali bertajuk Untuk Pertahanan Moskwa mulai dianugerahkan. Pada tahun 1947, mulai dianugerahkan pula medali lain bertajuk Memperingati 800 Tahun Moskwa. Untuk memperingati 20 tahun kemenangan atas Jerman Nazi, Moskwa menjadi salah satu dari 12 kota di Uni Soviet yang dianugerahi gelar Kota Pahlawan.

Pada tahun 1980, Moskwa menjadi tuan rumah Olimpiade Musim Panas yang diboikot oleh Amerika Serikat dan beberapa negara lainnya karena keikutsertaan Uni Soviet dalam Perang Afganistan di penghujung tahun 1979. Pada tahun 1991, Moskwa menjadi panggung percobaan kudeta yang gagal oleh para pejabat pemerintah yang menolak reformasi Gorbachev. Saat Uni Soviet bubar pada tanggal 30 Desember 1991, Moskwa bertahan sebagai ibu kota Rusia.

Rusia modern (1991-sekarang)

Ketika Uni Soviet dibubarkan pada tahun yang sama, Moskow tetap menjadi ibu kota SFSR Rusia (pada 25 Desember 1991, SFSR Rusia diganti namanya menjadi Federasi Rusia). Sejak itu, ekonomi pasar telah muncul di Moskow, menghasilkan ledakan ritel, jasa, arsitektur, dan gaya hidup gaya Barat.

Pada tahun 1998, Moskwa menjadi tuan rumah World Youth Games pertama dan pada tahun 2013 menjadi tuan rumah Kejuaraan Dunia Atletik.

Kota ini terus berkembang selama 1990-an hingga 2000-an, populasinya meningkat dari di bawah sembilan hingga di atas sepuluh juta. Mason dan Nigmatullina berpendapat bahwa kontrol pertumbuhan perkotaan era Soviet (sebelum 1991) menghasilkan pembangunan metropolitan yang terkendali dan berkelanjutan, yang dicirikan oleh jalur hijau yang dibangun pada tahun 1935. Namun, sejak itu, telah terjadi pertumbuhan dramatis dari perluasan pinggiran kota dengan kepadatan rendah, yang tercipta. oleh permintaan tinggi untuk tempat tinggal keluarga tunggal dibandingkan dengan apartemen yang penuh sesak. Pada tahun 1995–1997 jalan lingkar MKAD dilakukan pelebaran dari yang awalnya empat menjadi sepuluh lajur.

Dengan perluasan wilayahnya pada 1 Juli 2012 di barat daya ke Oblast Moskow , wilayah ibu kota menjadi lebih dari dua kali lipat, dari 1.091 menjadi 2.511 kilometer persegi (421 hingga 970 mil persegi), sehingga Moskow menjadi kota terbesar di benua Eropa. berdasarkan area; itu juga menambah populasi sebanyak 233.000 orang.


Pemandangan kota

Arsitektur

Arsitektur Moskow terkenal di dunia. Moskow adalah situs Katedral Santo Basil, dengan kubah bawang yang elegan, serta Katedral Kristus Sang Juru Selamat dan Tujuh Suster. Kremlin pertama dibangun pada pertengahan abad ke-12.

Desain Moskow Abad Pertengahan adalah tembok konsentris dan jalan raya radial yang berpotongan. Tata letak ini, serta sungai Moskow, membantu membentuk desain Moskow pada abad-abad berikutnya.

Penampilan kota ini tidak banyak berubah pada abad ke-18. Rumah-rumah terbuat dari kayu pinus dan batang pohon cemara, dengan atap sirap diplester dengan tanah atau ditutupi kulit kayu birch. Pembangunan kembali Moskow pada paruh kedua abad ke-18 tidak hanya diharuskan oleh kebakaran yang terus-menerus tetapi juga oleh kebutuhan kaum bangsawan. Sebagian besar kota kayu digantikan oleh bangunan bergaya klasik.

Untuk sebagian besar sejarah arsitekturnya, Moskow didominasi oleh gereja-gereja Ortodoks. Namun, penampilan kota secara keseluruhan berubah drastis selama masa Soviet, terutama sebagai hasil dari upaya skala besar Joseph Stalin untuk "memodernisasi" Moskow. Rencana Stalin untuk kota termasuk jaringan jalan raya dan jalan raya yang luas, beberapa di antaranya lebih dari sepuluh jalur lebar, yang, meskipun sangat menyederhanakan pergerakan melalui kota, dibangun dengan mengorbankan sejumlah besar bangunan dan distrik bersejarah. Di antara banyak korban penghancuran Stalin adalah Menara Sukharev, landmark kota lama, serta rumah besar dan bangunan komersial. Status kota yang baru ditemukan sebagai ibu kota negara yang sangat sekuler.bangsa, membuat bangunan penting secara religius sangat rentan terhadap pembongkaran. Banyak gereja kota, yang dalam banyak kasus merupakan bangunan tertua dan paling terkemuka di Moskow, hancur; beberapa contoh penting termasuk Katedral Kazan dan Katedral Kristus Sang Juru Selamat. Selama tahun 1990-an, keduanya dibangun kembali. Namun, banyak gereja kecil yang hilang.

Upaya sedang dilakukan untuk memulihkan banyak contoh arsitektur pra-Soviet yang paling terawat di kota ini. Struktur yang telah dipugar ini mudah terlihat dari warna baru yang cerah dan fasad yang bersih. Ada juga beberapa contoh karya avant-garde awal Soviet yang terkenal, seperti rumah arsitek Konstantin Melnikov di daerah Arbat. Banyak dari restorasi ini dikritik karena dituduh tidak menghormati keaslian sejarah. Fasadisme juga dipraktikkan secara luas. Contoh arsitektur Soviet yang menarik di kemudian hari biasanya ditandai dengan ukurannya yang mengesankan dan gaya semi-Modernis yang digunakan, seperti pada Novy Arbat proyek, yang dikenal sebagai "gigi palsu Moskow" dan terkenal karena gangguan skala luas di area bersejarah di pusat kota Moskow yang terlibat dalam proyek tersebut.

Cakrawala Moskow dengan cepat dimodernisasi, dengan beberapa menara baru sedang dibangun. Dalam beberapa tahun terakhir, pemerintah kota telah banyak dikritik karena kerusakan parah yang mempengaruhi banyak bangunan bersejarah. Sebanyak sepertiga dari Moskow yang bersejarah telah dihancurkan dalam beberapa tahun terakhir untuk menyediakan ruang bagi apartemen dan hotel mewah. Bangunan bersejarah lainnya, termasuk landmark seperti hotel Moskva tahun 1930 dan department store Voyentorg tahun 1913, telah dihancurkan dan direkonstruksi kembali, dengan hilangnya nilai sejarah yang tak terhindarkan. Kritikus menyalahkan pemerintah karena tidak menegakkan undang-undang konservasi: dalam 12 tahun terakhir lebih dari 50 bangunan dengan status monumen dirobohkan, beberapa di antaranya berasal dari abad ke-17.

Taman dan landmark

Ada 96 taman dan 18 kebun di Moskow, termasuk empat kebun raya. Ada 450 kilometer persegi (170 mil persegi) zona hijau selain 100 kilometer persegi (39 mil persegi) hutan. Moskow adalah kota yang sangat hijau, jika dibandingkan dengan kota-kota lain yang ukurannya sebanding di Eropa Barat dan Amerika Utara; ini sebagian karena sejarah memiliki "pekarangan" hijau dengan pepohonan dan rumput, di antara bangunan tempat tinggal. Rata-rata terdapat 27 meter persegi (290 kaki persegi) taman per orang di Moskow dibandingkan dengan 6 di Paris, 7,5 di London dan 8,6 di New York.

Taman Gorky (secara resmi Taman Pusat Kebudayaan dan Peristirahatan dinamai Maxim Gorky), didirikan pada tahun 1928. Bagian utama (689.000 meter persegi atau 170 hektar)[50] sepanjang sungai Moskva berisi estrades, atraksi anak-anak (termasuk Roda Pengamatan kolam air dengan perahu dan sepeda air), menari, lapangan tenis dan fasilitas olah raga lainnya. Berbatasan dengan Taman Neskuchny (408.000 meter persegi atau 101 hektar), taman tertua di Moskow dan bekas kediaman kekaisaran, dibuat sebagai hasil integrasi tiga perkebunan pada abad ke-18. Taman ini menampilkan Teater Hijau, salah satu amfiteater terbuka terbesar di Eropa, mampu menampung hingga 15 ribu orang. Beberapa taman memiliki bagian yang dikenal sebagai "Taman Budaya dan Peristirahatan", terkadang di sepanjang area yang jauh lebih liar (termasuk taman seperti Izmaylovsky, Fili, dan Sokolniki). Beberapa taman ditetapkan sebagai Taman Hutan (lesopark).

Pusat Pameran Seluruh Rusia (Всероссийский выставочный центр), sebelumnya dikenal sebagai Pameran Pertanian Seluruh Serikat (VSKhV) dan kemudian Pameran Prestasi Ekonomi Nasional (VDNKh), meskipun secara resmi dinamai "pameran dagang permanen", adalah salah satu dari contoh paling menonjol dari arsitektur monumental era Stalinis. Di antara bentangan besar taman rekreasi, terdapat sejumlah paviliun yang rumit, masing-masing mewakili cabang industri dan sains Soviet atau republik Uni Soviet. Meskipun selama tahun 1990-an itu, dan untuk beberapa bagian masih, disalahgunakan sebagai pusat perbelanjaan raksasa (sebagian besar paviliun disewakan untuk usaha kecil), ia masih mempertahankan sebagian besar landmark arsitekturalnya, termasuk dua air mancur monumental (Stone Bunga dan Friendship of Nations) dan bioskop panorama 360 derajat. Pada tahun 2014 taman ini kembali menjadi Pameran Prestasi Ekonomi Nasional, dan pada tahun yang sama pekerjaan renovasi besar-besaran telah dimulai.



Komentáře


bottom of page