top of page

Rumah Anne Frank



Anne Frank House (bahasa Belanda: Anne Frank Huis) adalah sebuah museum biografi dan rumah bersejarah yang didedikasikan untuk penulis buku harian Yahudi Anne Frank. Gedung ini terletak di Prinsengracht, di dekat Westerkerk, Amsterdam tengah, Belanda.
Pada masa Perang Dunia II, Anne Frank bersembunyi dari Nazi bersama keluarganya dan empat orang lainnya di bagian belakang rumah kanal abad ke-17, yang dikenal dengan Secret Annex (bahasa Belanda: Achterhuis). Anne Frank tidak selamat dari perang, tetapi pada tahun 1947 buku hariannya diterbitkan. Pada 1957, Anne Frank Foundation didirikan untuk melindungi bangunan tersebut dari pengembang perumahan yang ingin merobohkannya.

Museum dibuka pada 3 Mei 1960, memugar tempat persembunyian dan menyelenggarakan pameran permanen mengenai kehidupan Anne Frank, serta memiliki ruang pameran mengenai segala bentuk persekusi dan diskriminasi. Pada tahun 2013, museum dikunjungi oleh 1,2 juta orang dan merupakan museum ketiga yang paling sering dikunjungi di Belanda, setelah Rijksmuseum dan Museum Van Gogh.


Anne Frank

Annelies Marie "Anne" Frank (12 Juni 1929 – Februari 1945) adalah seorang pengarang dan penulis buku harian. Ia adalah salah seorang Yahudi korban Holokaus yang paling sering dibicarakan. Buku harian yang ditulisnya pada masa perang, The Diary of a Young Girl, telah diadaptasi menjadi sejumlah drama dan film. Lahir di kota Frankfurt di Republik Weimar, ia menjalani sebagian besar masa hidupnya di Amsterdam, Belanda. Lahir sebagai warga negara Jerman, Frank kehilangan status kewarganegaraannya pada tahun 1941. Pasca kematiannya, ia meraih ketenaran internasional setelah buku hariannya diterbitkan. Buku harian tersebut mengisahkan pengalamannya bersembunyi ketika Jerman menduduki Belanda semasa Perang Dunia II.

Keluarga Frank pindah dari Jerman ke Amsterdam pada tahun 1933, tahun ketika Nazi mulai berkuasa di Jerman. Pada bulan Mei 1940, mereka sekeluarga terjebak di Amsterdam setelah Jerman menduduki Belanda. Karena penganiayaan terhadap penduduk Yahudi semakin meningkat pada bulan Juli 1942, keluarga tersebut bersembunyi di belakang rak buku di gedung tempat ayah Anne bekerja. Dua tahun kemudian, mereka sekeluarga dikhianati dan diangkut ke kamp konsentrasi. Anne Frank dan kakaknya, Margot Frank, akhirnya dipindahkan ke kamp konsentrasi Bergen-Belsen dan meninggal dunia di sana pada bulan Februari 1945 (kemungkinan karena tifus).

Otto Frank, satu-satunya anggota keluarga yang selamat, kembali ke Amsterdam setelah perang dan mengetahui bahwa buku harian Anne disimpan oleh salah seorang penolong bernama Miep Gies. Berkat upayanya, buku harian tersebut akhirnya diterbitkan pada tahun 1947. Sejak saat itu, buku harian Anne telah diterjemahkan ke dalam banyak bahasa dari versi asli bahasa Belanda, dan pertama kali diterbitkan dalam bahasa Inggris pada tahun 1952 dengan judul The Diary of a Young Girl. Buku harian tersebut, yang dihadiahkan pada Anne saat ulang tahunnya yang ketigabelas, mengisahkan perjalanan hidupnya dari tanggal 12 Juni 1942 sampai 1 Agustus 1944.


Kehidupan awal

Frank lahir dengan nama Annelies atau Anneliese Marie Frank pada tanggal 12 Juni 1929 di Frankfurt, Jerman Weimar, putri dari pasangan Otto Frank (1889–1980) dan Edith Frank-Holländer (1900–45). Ia memiliki seorang kakak perempuan bernama Margot (1926–45).[5] Keluarga Frank tergolong penganut Yahudi liberal, dan tidak menjalankan semua kebiasaan dan tradisi Yahudi. Mereka tinggal di lingkungan masyarakat yang sudah berasimilasi, terdiri dari warga Yahudi dan non-Yahudi dari berbagai agama. Edith Frank adalah orang tua yang lebih taat beragama dibandingkan dengan suaminya yang lebih tertarik pada kegiatan ilmiah dan memiliki perpustakaan yang luas; keduanya gemar mendorong anak-anak mereka untuk rajin membaca.

Tanggal 13 Maret 1933, pemilu digelar di Frankfurt untuk memilih dewan kota, dan Partai Nazi pimpinan Adolf Hitler memenangkan pemilu tersebut. Demonstrasi antisemit terjadi dengan segera, dan keluarga Frank mulai cemas mengenai nasib mereka jika tetap tinggal di Jerman. Pada tahun yang sama, Edith dan kedua putrinya berangkat ke Aachen dan tinggal bersama ibu Edith, Rosa Holländer. Otto Frank tetap di Frankfurt, tetapi setelah ditawari untuk menjalankan sebuah perusahaan di Amsterdam, ia pindah ke sana untuk mengelola bisnis dan mencari tempat tinggal bagi keluarganya. Keluarga Frank adalah satu dari 300.000 keluarga Yahudi yang meninggalkan Jerman antara tahun 1933 dan 1939.

Otto Frank mulai bekerja di Opekta Works, sebuah perusahaan yang menjual ekstrak buah pektin, dan tinggal di sebuah apartemen di Merwedeplein (Merwede Square) di Rivierenbuurt, Amsterdam. Pada bulan Februari 1934, Edith dan kedua putrinya tiba di Amsterdam, dan kedua gadis tersebut disekolahkan—Margot di sekolah negeri dan Anne di sekolah Montessori. Margot menunjukkan kemampuannya dalam bidang aritmetika, sedangkan Anne gemar membaca dan menulis. Teman Anne, Hanneli Goslar, bercerita bahwa sejak kecil, Frank sering menulis, meskipun ia selalu menutupi karyanya dengan tangan saat menulis dan menolak membicarakan isi tulisannya dengan siapapun. Kakak beradik Frank memiliki kepribadian yang sangat berbeda; Margot adalah pribadi yang sopan, rajin, dan pendiam, sedangkan Anne blakblakan, energik, dan ekstrover.

Pada tahun 1938, Otto Frank mendirikan perusahaan keduanya, Pectacon, yang bergerak dalam penjualan produk-produk herbal, garam, dan rempah-rempah untuk membuat sosis. Hermann van Pels dipekerjakan oleh Pectacon sebagai penasihat mengenai rempah-rempah. Hermann adalah seorang tukang daging Yahudi yang melarikan diri dari Osnabrück, Jerman bersama keluarganya. Pada tahun 1939, ibu Edith ikut tinggal bersama keluarga Frank, dan tetap bersama mereka sampai ia meninggal dunia pada bulan Januari 1942.[14]

Pada bulan Mei 1940, Jerman menduduki Belanda. Pemerintah Jerman mulai menganiaya para Yahudi dengan memberlakukan sejumlah hukum yang bersifat membatasi dan diskriminatif; kewajiban untuk mendaftarkan diri dan pemisahan ras juga diberlakukan tak lama kemudian. Kakak beradik Frank unggul dalam pelajaran mereka dan memiliki banyak teman, tetapi sejak dikeluarkannya dekret yang mengharuskan anak-anak Yahudi untuk bersekolah di sekolah Yahudi, mereka berdua didaftarkan di Lyceum (SMP) Yahudi. Anne kemudian berteman dengan Jacqueline van Maarsen di Lyceum.

Pada bulan April 1941, Otto Frank mengambil tindakan untuk mencegah penyitaan Pectacon oleh pemerintah Jerman. Ia memindahkan sahamnya di Pectacon kepada Johannes Kleiman dan mengundurkan diri sebagai direktur perusahaan. Perusahaan tersebut dilikuidasi dan seluruh asetnya diambil alih oleh Gies and Company, yang dikepalai oleh Jan Gies. Pada bulan Desember 1941, Frank melakukan hal yang sama untuk menyelamatkan Opekta. Usaha Frank tetap berjalan dalam skala kecil-kecilan dengan penghasilan pas-pasan, tetapi masih bisa mencukupi kebutuhan keluarganya.


Periode yang tercatat dalam buku harian

Sebelum ke persembunyian

Untuk ulang tahunnya yang ketigabelas pada tanggal 12 Juni 1942, Anne Frank menerima sebuah buku catatan kecil yang ia tunjukkan kepada ayahnya di sebuah etalase toko beberapa hari sebelumnya. Meskipun buku itu sebenarnya adalah sebuah buku tanda tangan, bersampul kain berwarna merah putih dengan sebuah kunci kecil di bagian depan, Anne memutuskan untuk menggunakannya sebagai sebuah buku harian,[17] dan mulai menulis dengan segera. Meskipun isi awal buku hariannya menggambarkan dirinya sebagai seorang gadis kecil biasa, ia juga menceritakan tentang perubahan yang terjadi di Belanda setelah pendudukan Jerman. Misalnya, dalam tulisannya tanggal 20 Juni 1942, ia menulis banyaknya pembatasan yang diberlakukan terhadap warga Yahudi Belanda, dan juga kesedihannya atas kematian neneknya pada awal tahun. Frank bercita-cita menjadi seorang aktris. Ia suka menonton film, tetapi Yahudi Belanda dilarang pergi ke bioskop sejak tanggal 8 Januari 1941.

Pada bulan Juli 1942, Margot Frank menerima panggilan dari Zentralstelle für jüdische Auswanderung (Kantor Pusat Emigrasi Yahudi), yang memerintahkan dia untuk melapor dan pindah ke kamp kerja. Setelah berunding dengan karyawan kepercayaannya, Otto memberitahukan keluarganya untuk bersembunyi di kamar atas atau tempat belakang perusahaan mereka, Opekta, yang terletak di pinggir Prinsengracht, salah satu jalan di sepanjang kanal Amsterdam. Panggilan dari Kantor Pusat Emigrasi tersebut memaksa mereka untuk pindah beberapa minggu lebih awal dari yang direncanakan sebelumnya.[20]

Sesaat sebelum bersembunyi, Anne memberi teman sekaligus tetangganya, Toosje Kupers, sebuah buku, seperangkat tempat minum teh, sekaleng kelereng, dan kucing keluarga untuk dipelihara. Seperti yang diberitakan Associated Press: "'Aku mencemaskan kelerengku, karena aku takut kelereng ini akan jatuh ke tangan yang salah. Bisakah kau menyimpannya untuk sementara?'"

Kehidupan di Achterhuis

Pada Senin pagi tanggal 5 Juli 1942, Anne Frank dan keluarganya pindah ke tempat persembunyian, sebuah paviliun rahasia. Apartemen lama mereka ditinggalkan dalam keadaan berantakan untuk menciptakan kesan bahwa mereka telah pergi tiba-tiba, dan Otto Frank meninggalkan catatan yang mengisyaratkan mereka akan pergi ke Swiss. Untuk menjaga kerahasiaan tempat persembunyian, mereka terpaksa meninggalkan kucing Anne, Moortje. Pada masa itu, orang Yahudi tidak diizinkan untuk menggunakan angkutan umum, sehingga mereka terpaksa berjalan kaki beberapa kilometer dari rumah mereka, dengan masing-masing mengenakan beberapa lapis pakaian karena mereka tidak berani terlihat sedang membawa koper.

Achterhuis (sebuah kata dalam bahasa Belanda yang bermakna bagian belakang rumah, diterjemahkan sebagai "Secret Annexe" (Ruang Rahasia) dalam buku harian edisi bahasa Inggris) adalah ruangan tiga lantai di bagian belakang gedung yang memiliki pintu masuk dari bagian atas kantor Opekta. Dua kamar berukuran kecil, yang dilengkapi dengan kamar mandi dan toilet, berada di lantai satu, dan di atas terdapat ruangan terbuka besar, dengan sebuah ruangan kecil di sampingnya. Di dalam ruangan kecil ini, terdapat tangga yang mengarah ke loteng. Pintu masuk ke Achterhuis kemudian ditutup dengan rak buku untuk memastikan kerahasiaan tempat tersebut. Bangunan utama, yang terletak satu blok dari Westerkerk, adalah sebuah gedung mencolok, tua, dan tipikal bangunan di bagian barat Amsterdam.[24]

Hanya ada empat karyawan yang mengetahui tempat persembunyian keluarga Frank, yaitu Victor Kugler, Johannes Kleiman, Miep Gies, dan Bep Voskuijl. Selain itu, mereka juga dibantu oleh suami Gies, Jan Gies, dan ayah Voskuijl, Johannes Hendrik Voskuijl. Mereka merupakan kontak antara dunia luar dan penghuni rumah, dan mereka terus memberi informasi tentang perang dan perkembangan politik. Mereka menyediakan semua kebutuhan keluarga Frank, memastikan keselamatan mereka, dan memasok makanan, tugas yang semakin sulit seiring dengan berlalunya waktu. Anne menulis tentang dedikasi dan upaya mereka dalam melakukan tindakan berbahaya untuk melindungi keluarganya. Semua sadar bahwa jika persembunyian tersebut terbongkar, mereka akan tertangkap dan mungkin menghadapi hukuman mati karena melindungi orang Yahudi.

Pada tanggal 13 Juli 1942, keluarga van Pels yang terdiri dari pasangan Hermann dan Auguste, serta putranya yang berumur 16 tahun, Peter, bergabung dengan keluarga Frank dalam persembunyian mereka di Achterhuis. Pada November tahun yang sama, Fritz Pfeffer, seorang dokter gigi dan teman keluarga Frank, juga bergabung dengan mereka. Pada awalnya, Anne merasa senang dengan kehadiran orang baru, namun ketegangan cepat berkembang dalam kelompok yang hidup dalam keterbatasan tersebut. Anne tidak terlalu senang berbagi kamar dengan Fritz Pfeffer yang membuatnya terganggu,[26] dan ia juga berselisih dengan Auguste yang dianggapnya bodoh. Ia juga menganggap Hermann van Pels dan Fritz Pfeffer sebagai orang-orang yang egois dan rakus, terutama dalam hal jumlah makanan yang mereka santap. Selain itu, Anne juga menceritakan hubungannya yang semula canggung dengan Peter van Pels berubah menjadi kedekatan asmara. Anne menerima ciuman pertamanya dari Peter, tetapi ketertarikannya terhadap Peter mulai memudar setelah ia mempertanyakan apakah perasaannya pada Peter tulus, ataukah karena mereka berdua terkurung bersama dalam waktu yang lama.[28] Anne Frank menjalin hubungan erat dengan setiap orang di persembunyian, dan Otto Frank menceritakan bahwa Anne paling dekat dengan Bep Voskuijl, "seorang pengetik muda ... mereka berdua sering berdiri berbisik-bisik di sudut."

Penulis buku harian muda

Dalam tulisannya, Frank menceritakan hubungannya dengan anggota keluarganya, dan perbedaan kepribadian yang kuat di antara mereka. Ia menganggap dirinya lebih dekat secara emosional dengan ayahnya, yang kemudian mengatakan "Aku lebih dekat dengan Anne daripada Margot, yang lebih melekat pada ibunya. Alasannya mungkin karena Margot jarang menunjukkan perasaannya dan tidak membutuhkan banyak dukungan karena ia tidak sering mengalami perubahan suasana hati seperti Anne." Hubungan antara kakak beradik Frank lebih dekat sebelum mereka pindah ke tempat persembunyian, meskipun Anne kadang-kadang menunjukkan kecemburuannya pada Margot, terutama saat anggota keluarga yang lain mengkritik Anne karena kurang lembut dan tenang seperti Margot. Setelah Anne agak dewasa, dua bersaudari ini mulai saling berbagi cerita. Dalam tulisannya tanggal 12 Januari 1944, Frank menulis, "Margot lebih baik ... Ia tidak terlalu menjengkelkan hari ini dan telah menjadi teman sejati. Ia tak lagi menganggap aku sebagai bayi kecil yang tak masuk hitungan."

Frank sering menulis mengenai hubungannya yang sulit dengan ibunya, dan ambivalensi perasaannya terhadap ibunya. Pada 7 November 1942, ia menumpahkan "kejijikannya" terhadap ibunya dan ketidakmampuannya untuk "menghadapi ibunya dengan ketidakpedulian, sarkasme, dan kekerasan hati," dan kemudian menyimpulkan, "Dia bukan ibu bagiku." Setelah merevisi buku hariannya, Frank yang merasa malu atas sikap kasarnya menulis: "Anne, beginikah caramu menyuarakan kebencian, oh Anne, bagaimana bisa?" Ia kemudian menyadari bahwa perbedaan antara dirinya dengan ibunya hanya disebabkan oleh kesalahpahaman, dan menganggap ia telah menambah penderitaan yang tidak perlu pada ibunya. Dengan kesadarannya ini, Frank mulai memperlakukan ibunya dengan lebih hormat dan toleran.

Kakak beradik Frank berharap bisa kembali ke sekolah secepat mungkin, dan tetap melanjutkan pendidikan mereka selagi bersembunyi. Margot mengambil kursus stenografi melalui korespondensi dengan menggunakan nama Bep Voskuijl dan meraih nilai tinggi. Anne menghabiskan sebagian besar waktunya dengan membaca dan belajar, dan secara teratur terus menulis dan menyunting buku hariannya. Selain menceritakan peristiwa yang terjadi, ia juga menulis tentang ambisi, keyakinan, dan perasaannya, serta hal-hal yang ia anggap tidak bisa dibicarakan dengan siapapun. Setelah kepercayaan dirinya dalam menulis tumbuh dan ia mulai remaja, Anne menulis subjek yang lebih abstrak seperti keyakinannya terhadap Tuhan dan bagaimana ia mengartikan sifat manusia. Frank menulis secara teratur hingga karya terakhirnya pada 1 Agustus 1944.

Frank bercita-cita ingin menjadi jurnalis, sebagaimana tulisannya dalam buku hariannya tanggal 5 April 1944:

Aku akhirnya menyadari bahwa aku harus mengerjakan tugas sekolahku agar tidak menjadi orang bodoh, agar tetap hidup, agar bisa menjadi seorang jurnalis, karena itulah yang aku inginkan! Aku tahu aku bisa menulis ..., tetapi masih harus dilihat apakah aku benar-benar punya bakat ... Dan aku tidak punya bakat untuk menulis buku atau artikel surat kabar, aku selalu bisa menulis untuk diriku sendiri. Tetapi aku ingin mencapai lebih dari itu. Aku tidak bisa membayangkan hidup seperti ibu, Mrs. van Daan, dan semua wanita yang mengerjakan pekerjaan mereka dan kemudian terlupakan. Aku perlu memiliki sesuatu selain suami dan anak-anak untuk mengabdikan diriku! ... Aku ingin menjadi orang yang berguna atau membawa kesenangan bagi semua orang, bahkan bagi orang-orang yang belum pernah aku temui. Aku ingin tetap hidup setelah kematianku! Dan itulah sebabnya kenapa aku sangat bersyukur pada Tuhan karena telah memberiku bakat ini, yang bisa kugunakan untuk mengembangkan diriku dan untuk mengekspresikan semua yang ada di dalam diriku! Ketika aku menulis, aku bisa mengabaikan semua rasa peduliku. Kesedihanku menghilang, semangatku bangkit! Tetapi, dan itu sebuah pertanyaan besar, akankah aku mampu untuk menulis sesuatu yang hebat, akankah aku bisa menjadi jurnalis atau penulis? — Anne Frank

Tertangkap

Pada pagi hari tanggal 4 Agustus 1944, setelah adanya informasi dari informan yang tidak diketahui, Achterhuis diserbu oleh sekelompok polisi Jerman tak berseragam (Grüne Polizei) yang dipimpin oleh SS-Oberscharführer Karl Silberbauer dari satuan Sicherheitsdienst.[37] Keluarga Frank, van Pelses, dan Pfeffer dibawa ke markas RSHA, tempat mereka diinterogasi dan ditahan semalaman. Pada tanggal 5 Agustus, mereka dipindahkan ke Huis van Bewaring (Rumah Detensi), sebuah penjara yang penuh sesak di Weteringschans. Dua hari kemudian, mereka diangkut ke kamp transit Westerbork, tempat tewasnya lebih dari 100.000 Yahudi Belanda dan Jerman pada masa itu. Setelah tertangkap di persembunyian, mereka dianggap pelaku kriminal dan dikirim ke Barak Hukuman untuk melakukan kerja paksa.[38]

Dalam bukunya yang menjabarkan mengenai pengkhianatan dan pemindahan keluarganya ke Auschwitz, Eva Schloss, putri dari Elfriede "Mutti" Geiringer yang dinikahi oleh Otto Frank setelah perang, menceritakan pengadilan seorang kolaborator Nazi bernama Miep Braams:

Braams adalah kekasih seorang pekerja pemberontak Belanda bernama Janes Haan, dan ia seharusnya membantu melindungi orang-orang Yahudi dan membantu perlawanan. Ketika perang berlangsung, Haan curiga bahwa pacarnya adalah seorang agen ganda untuk Nazi: banyak sekali keluarga Yahudi yang dipercayakan kepadanya menghilang tanpa jejak, atau ditangkap. Ketika ia menyadari kecurigaannya, Braams menyerahkan Haan kepada Gestapo, dan ia dieksekusi. Di kemudian hari, diperkirakan bahwa Miep Braams bertanggung jawab atas pengkhianatan terhadap dua ratus keluarga Yahudi, termasuk kami.

Pada bulan April 1949, Braams menerima hukuman enam tahun penjara.

Victor Kugler dan Johannes Kleiman ditangkap dan dipenjarakan di kamp hukuman bagi musuh rezim di Amersfoort. Kleiman dibebaskan setelah ditahan selama tujuh minggu, tetapi Kugler dijebloskan ke berbagai kamp kerja hingga perang berakhir. Miep Gies dan Bep Voskuijl diinterogasi dan diancam oleh Polisi Keamanan, namun tidak ditahan. Mereka berdua kembali ke Achterhuis keesokan harinya dan menemukan kertas buku harian Anne berserakan di lantai. Mereka lalu mengumpulkannya bersama beberapa album foto keluarga, dan Gies memutuskan untuk mengembalikannya pada Anne setelah perang berakhir. Pada tanggal 7 Agustus 1944, Gies berupaya untuk memfasilitasi pembebasan para tahanan dengan cara bernegosiasi dan menawarkan uang sogok, tetapi tidak berhasil.

Pada tahun 2015, sebuah buku yang ditulis oleh jurnalis Flemish Jeroen de Bruyn dan putra bungsu Bep Voskuijl, Joop van Wijk, menuduh bahwa Nelly Voskuijl, adik perempuan Bep, mungkin telah mengkhianati keluarga Anne Frank. Penulis buku tersebut menemukan bukti bahwa Nelly Voskuijl adalah seorang kaki tangan Nazi. Nelly Voskuijl sendiri meninggal dunia pada tahun 2001.


Deportasi dan kematian

Pada tanggal 3 September 1944, kelompok tersebut dideportasi dari Westerbork ke kamp konsentrasi Auschwitz dan sampai setelah menempuh perjalanan kereta selama tiga hari. Di kereta yang sama ada Bloeme Evers-Emden, seorang warga Amsterdam yang telah berteman dengan Anne dan Margot di Lyceum Yahudi pada tahun 1941. Bloeme melihat Anne, Margot, dan ibu mereka secara teratur di Auschwitz, dan turut diwawancarai untuk mengetahui kenangannya mengenai kehidupan keluarga Frank di Auschwitz dalam film dokumenter televisi The Last Seven Months of Anne Frank (1988) karya sutradara Belanda Willy Lindwer dan film dokumenter BBC, Anne Frank Remembered (1995).

Setelah tiba di Auschwitz, pasukan SS memisahkan para pria dari wanita dan anak-anak secara paksa, dan Otto Frank direnggut dari keluarganya. Tahanan yang dianggap mampu bekerja dibawa memasuki kamp, sedangkan tahanan yang dianggap tidak layak dijadikan tenaga kerja dibunuh dengan segera. Dari 1.019 tahanan, 549—termasuk semua anak-anak yang berusia di bawah 15 tahun—langsung dikirim ke kamar gas. Anne Frank, yang baru saja berusia 15 tahun tiga bulan sebelumnya, termasuk salah seorang tahanan termuda yang terhindar dari kematian. Anne dengan cepat menyadari bahwa sebagian besar tahanan digas setelah kedatangan mereka dan tidak mengetahui bahwa semua orang dari Achterhuis selamat dalam proses seleksi ini. Ia menduga bahwa ayahnya, yang sudah berusia pertengahan lima puluhan dan tidak terlalu sehat, telah dibunuh segera setelah mereka dipisahkan.

Bersama wanita lainnya yang terhindar dari kematian, Frank dipaksa bertelanjang untuk didisinfeksi, digunduli kepalanya, dan ditato dengan nomor identitas di lengannya. Pada siang hari, para wanita dimanfaatkan sebagai tenaga kerja budak dan Frank dipaksa mengangkut batu dan menggali tanah. Pada malam hari, mereka tidur berdesakan di barak yang penuh sesak. Beberapa saksi kelak menyatakan Frank menjadi pendiam dan menangis saat menyaksikan anak-anak digiring ke kamar gas; saksi lainnya mengungkapkan ia tetap menunjukkan kekuatan dan keberanian. Sifatnya yang suka berteman dan percaya diri menyebabkan ia sering menerima jatah roti tambahan untuk ibu, kakak, dan dirinya sendiri. Wabah penyakit kemudian marajalela di kamp. Tak lama setelah itu, kulit Frank terinfeksi parah oleh kudis. Kakak beradik Frank dipindahkan ke rumah sakit kamp, dalam keadaan gelap dan dipenuhi oleh mencit dan tikus. Edith Frank berhenti makan, menyimpan setiap potong makanannya untuk putrinya dan memberikan jatahnya pada kedua putrinya dengan cara mengulurkannya melalui lubang yang ia buat di bagian bawah dinding rumah sakit.

Pada bulan Oktober 1944, kakak beradik Frank dan ibunya dijadwalkan untuk berangkat ke kamp buruh Liebau di Upper Silesia. Bloeme Evers-Emden dijadwalkan berangkat bersama mereka, tetapi Anne dilarang pergi karena ia mengidap kudis, dan ibu beserta kakaknya memilih untuk tinggal dengannya. Bloeme akhirnya berangkat tanpa mereka.

Pada 28 Oktober, seleksi dimulai bagi para wanita untuk dipindahkan ke Bergen-Belsen. Lebih dari 8.000 wanita, termasuk Anne dan Margot Frank, serta Auguste van Pels, dipindahkan. Edith Frank ditinggalkan di kamp lama dan kemudian meninggal dunia karena kelaparan. Tenda didirikan di Bergen-Belsen untuk menampung para tahanan, dan setelah penghuni kamp semakin banyak, jumlah tahanan yang tewas akibat wabah penyakit semakin meningkat pesat. Frank sempat bertemu kembali dengan dua temannya, Hanneli Goslar dan Nanette Blitz, yang ditahan di bagian lain kamp. Goslar dan Blitz selamat dari perang, dan mengisahkan tentang percakapan singkat yang mereka lakukan dengan Frank melalui pagar. Blitz menuturkan rambut Anne botak, badannya kurus, dan sering menggigil. Goslar mengatakan bahwa Auguste van Pels ada bersama Anne dan Margot Frank, dan Auguste sedang merawat Margot yang sakit parah. Tak satupun dari mereka yang melihat Margot karena ia terlalu lemah untuk meninggalkan tempat tidurnya. Anne berkata pada Blitz dan Goslar bahwa ia percaya orangtuanya telah meninggal dunia, dan oleh sebab itu ia tidak ingin hidup lebih lama lagi. Goslar kemudian memperkirakan pertemuan mereka terjadi pada akhir Januari atau awal Februari 1945.

Pada awal 1945, epidemi tifus melanda kamp, menewaskan 17.000 tahanan. Penyakit lainnya, termasuk demam tifoid, merajalela. Karena kondisi kacau ini, tidak mungkin untuk mengatakan apa yang akhirnya menyebabkan kematian Anne. Saksi mata kemudian mengungkapkan Margot jatuh dari tempat tidurnya dalam kondisi lemah dan meninggal dunia karena syok. Anne meninggal beberapa hari setelah Margot. Tanggal persisnya Anne dan Margot meninggal dunia tidak diketahui. Diduga mereka tewas beberapa minggu sebelum tentara Inggris membebaskan kamp pada tanggal 15 April 1945, tetapi riset baru pada tahun 2015 menunjukkan bahwa mereka meninggal dunia kemungkinan pada bulan Februari 1945. Bukti lainnya, para saksi menyaksikan Frank yang sedang menunjukkan gejala tifus pada tanggal 7 Februari. Para peneliti mengutip penjelasan yang dikeluarkan oleh lembaga kesehatan Belanda bahwa kematian akibat tifus terjadi kira-kira 12 hari setelah munculnya gejala pertama. Setelah dibebaskan, kamp dibakar untuk mencegah penyebaran penyakit, dan Anne serta Margot dimakamkan di kuburan massal yang tidak diketahui lokasinya.

Setelah perang, diperkirakan hanya 5.000 dari 107.000 Yahudi yang dideportasi dari Belanda antara tahun 1942 dan 1944 yang selamat. Sekitar 30.000 Yahudi tetap tinggal di Belanda, banyak di antaranya yang dibantu oleh gerakan bawah tanah Belanda. Sekitar dua pertiga dari kelompok ini selamat dari peperangan.

Otto Frank selamat dari penahanan di Auschwitz. Setelah perang berakhir, ia kembali ke Amsterdam dan dilindungi oleh Jan dan Miep Gies selagi ia berupaya mencari keluarganya. Ia mengetahui tentang kematian istrinya, Edith, di Auschwitz, tetapi masih berharap bahwa anak-anaknya selamat. Beberapa minggu kemudian, ia mengetahui bahwa Margot dan Anne juga telah meninggal dunia. Ia berupaya mencari tahu nasib teman-teman putrinya dan mengetahui banyak di antara mereka yang terbunuh. Susanne ''Sanne'' Ledermann, yang sering disebutkan dalam buku harian Anne, telah digas bersama orangtuanya; adiknya, Barbara, teman dekat Margot, berhasil selamat. Beberapa teman sekolah kakak beradik Frank berhasil selamat, begitu juga dengan beberapa keluarga jauh Otto dan Edith Frank, karena mereka telah pergi meninggalkan Jerman pada pertengahan 1930-an. Sejumlah anggota keluarga menetap di Swiss, Britania Raya, dan Amerika Serikat.


Penerbitan Buku The Diary of a Young Girl

Pada bulan Juli 1945, setelah Palang Merah mengonfirmasi kematian kakak beradik Frank, Miep Gies memberikan buku harian dan bundel catatan Anne Frank kepada Otto Frank, yang telah ia selamatkan dan hendak dikembalikannya kepada Anne jika ia selamat. Otto Frank mengungkapkan ia tidak tahu putrinya telah membuat semacam catatan yang akurat dan ditulis dengan baik ketika mereka bersembunyi. Dalam memoarnya, Otto menceritakan proses menyakitkan ketika membaca buku harian putrinya, mengenali setiap kejadian yang ditulis dan mengatakan bahwa ia telah mendengar beberapa peristiwa lucu yang dibacakan oleh putrinya. Untuk pertama kalinya, ia mengetahui sisi yang lebih pribadi dari putrinya dan bagian-bagian dalam buku harian yang tidak Anne bicarakan dengan siapapun; Otto mengungkapkan, "Bagiku itu adalah sebuah wahyu ... Aku tidak mengetahui kedalaman pikiran dan perasaannya ... Ia menyimpan semua perasaan ini untuk dirinya sendiri."Tergerak oleh keinginan putrinya untuk menjadi seorang penulis, Otto mulai mempertimbangkan untuk menerbitkan buku harian tersebut.

Buku harian Anne Frank awalnya merupakan ekspresi pribadi pikirannya; ia beberapa kali menulis bahwa ia tak akan pernah mengizinkan siapapun membaca buku hariannya. Ia secara terang-terangan menceritakan hidupnya, teman-teman dan keluarganya, serta sifat-sifat mereka. Selagi menulis buku harian, ia menyadari ambisinya untuk menjadi seorang penulis fiksi. Pada bulan Maret 1944, Anne mendengar siaran radio oleh Gerrit Bolkestein—seorang warga Belanda anggota pemerintah di pengasingan yang berbasis di London—yang berkata bahwa saat perang berakhir, ia akan mengumpulkan catatan publik mengenai penderitaan warga Belanda di bawah pendudukan Jerman. Ia juga menyebut akan menerbitkan surat-surat dan buku harian, dan Frank memutuskan untuk menyerahkan karyanya ketika waktunya tiba. Ia mulai menyunting tulisannya, menghapus beberapa bagian dan menulis ulang bagian yang lainnya, dengan harapan akan diterbitkan suatu saat. Buku catatan aslinya dilengkapi dengan catatan tambahan dan lembaran kertas lepas. Ia menciptakan nama samaran bagi anggota keluarga dan para penolongnya. Nama keluarga van Pels diganti menjadi Hermann, Petronella, dan Peter van Daan, dan Fritz Pfeffer menjadi Albert Düssell. Dalam versi disunting ini, ia menyebut buku hariannya dengan nama "Kitty", karakter fiksi dalam novel Joop ter Heul karya Cissy van Marxveldt yang sering dibacanya. Otto Frank menggunakan buku harian asli putrinya, yang disebut "versi A", dan versi yang telah disunting, disebut "versi B", untuk menyusun edisi penerbitan pertama. Ia dengan sengaja menghilangkan bagian-bagian tertentu, terutama yang berkaitan dengan kritik Anne terhadap ibunya, dan bagian yang membahas pertumbuhan seksualitas Anne. Meskipun Otto mengungkapkan identitas asli keluarganya, ia tetap mempertahankan semua nama samaran dalam buku harian putrinya.

Otto Frank memberikan buku harian Anne kepada sejarawan Annie Romein-Verschoor, namun tidak berhasil menerbitkannya. Verschoor lalu memberikan buku harian tersebut pada suaminya, Jan Romein, yang kemudian menulis artikel mengenainya dalam surat kabar Het Parool pada tanggal 3 April 1946; artikel tersebut berjudul "Kinderstem" ("Suara Seorang Anak"). Ia menulis bahwa buku harian tersebut "berteriak dalam suara seorang anak, menceritakan semua kengerian fasisme, lebih baik dari semua bukti yang dikumpulkan di Nuremberg." Artikel ini menarik perhatian penerbit, dan buku harian Anne akhirnya diterbitkan di Belanda dengan judul Het Achterhuis pada tahun 1947, diikuti dengan lima cetakan lagi hingga tahun 1950.

Buku harian Anne Frank diterbitkan pertama kali di Jerman Barat dan Prancis pada tahun 1950, dan setelah ditolak oleh sejumlah penerbit, buku harian tersebut akhirnya diterbitkan untuk pertama kalinya di Britania Raya pada tahun 1952. Edisi pertama Amerika, yang diterbitkan pada 1952 dengan judul Anne Frank: The Diary of a Young Girl, mendapat tinjauan positif. Buku tersebut sukses terjual di Prancis, Jerman, dan Amerika Serikat, namun gagal menarik pembaca di Britania Raya dan berhenti dicetak pada tahun 1953. Kesuksesan paling besar ada di Jepang, tempat buku tersebut menerima pujian kritis dan terjual lebih dari 100.000 kopi di edisi pertamanya. Di Jepang, Anne Frank dengan cepat diakui sebagai tokoh budaya penting yang mewakili kehancuran kaum pemuda pada masa perang.

Sebuah drama karya Frances Goodrich dan Albert Hackett yang diangkat dari cerita dalam buku harian dipertunjukkan pertama kali di New York City pada tanggal 5 Oktober 1955, dan berhasil memenangkan Pulitzer Prize for Drama. Ini diikuti oleh film tahun 1959 berjudul The Diary of Anne Frank, yang sukses secara kritis dan komersial. Penulis biografi Melissa Müller menuturkan bahwa dramatisasi tersebut telah "berkontribusi besar dalam membangun romantisasi, sentimentalitas, dan universalisasi kisah Anne." Selama bertahun-tahun, kepopuleran buku harian tersebut tumbuh, dan di banyak sekolah, terutama di Amerika Serikat, buku harian Anne telah dijadikan bacaan wajib dan menjadi bagian dari kurikulum sekolah, memperkenalkan Anne Frank pada pembaca generasi baru.

Pada tahun 1986, Dutch Institute for War Documentation menerbitkan buku harian "Edisi Kritis". Edisi ini memuat perbandingan antara semua versi buku harian Anne Frank, baik yang disunting maupun yang tidak disunting. Selain itu juga terdapat pembahasan mengenai keaslian buku harian, serta informasi sejarah tambahan yang terkait dengan keluarga dan buku harian Anne Frank.

Cornelis Suijk—mantan direktur Anne Frank Foundation dan presiden U.S. Center for Holocaust Education Foundation—mengumumkan pada tahun 1999 bahwa ia memiliki lima halaman yang dihilangkan oleh Otto Frank dari buku harian sebelum diterbitkan; Suijk mengklaim bahwa Otto Frank memberinya halaman tersebut tak lama sebelum ia meninggal dunia pada tahun 1980. Halaman buku harian yang hilang tersebut berisi pernyataan kritis Anne Frank mengenai masalah rumah tangga orangtuanya dan membahas kurangnya rasa kasih sayang Anne terhadap ibunya. Sejumlah kontroversi muncul ketika Suijk mengklaim hak penerbitan atas kelima halaman tersebut; ia bermaksud menjual halaman buku harian tersebut untuk mengumpulkan dana bagi yayasannya. Netherlands Institute for War Documentation, mantan pemilik manuskrip buku harian Anne, meminta agar halaman tersebut dikembalikan. Pada tahun 2000, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan dan Sains Belanda sepakat untuk mendonasikan US$300.000 pada yayasan Suijk, dan halaman tersebut dikembalikan pada tahun 2001. Sejak saat itu, halaman tersebut telah disertakan dalam buku harian edisi baru.




Comments


bottom of page