top of page

Galeri Dinosaurus (American Museum of Natural History)



The American Museum of Natural History (disingkat AMNH) adalah museum sejarah alam di Upper West Side, Manhattan , New York City . Di dalam AMNH terdapat galeri dinosaurus yang menampilkan sekita 100 spesies dinosaurus.

Aula Dinosaurus

Di dalam museum terdapat 2 aula utama dinosaurus, yaitu:

  1. Aula Dinosaurus Ornithischia: Ornisthischia adalah kelompok sauropsida (reptil) pemakan tumbuhan yang bentuknya sangat beragam. Kelomok ini antara lain adalah dinosaurus lapis baja, seperti Stegosaurus dan anklyosaurus ; dan dinosaurus bertanduk dan berkepala kubah, seperti Triceratops dan Pachycephalosaurus.

  2. Aula Dinosaurus Saurischian: Dinosaurus saurischian termasuk sauropoda pemakan tumbuhan raksasa dan theropoda karnivora. Aula ini menampilkan Tyrannosaurus rex dan Apatosaurus yang mengesankan.


Apa Itu Dinosaurus?

Dinosaurus adalah reptil prasejarah yang telah hidup di Bumi dari sekitar 245 juta tahun yang lalu hingga saat ini. Burung modern adalah salah satu jenis dinosaurus karena mereka memiliki nenek moyang yang sama dengan dinosaurus non-unggas.

Dinosaurus non-unggas (semua dinosaurus selain burung), yang sekarang sudah punah, sangat bervariasi dalam bentuk dan ukuran. Beberapa beratnya mencapai 80 ton dan panjangnya lebih dari 120 kaki. Yang lainnya seukuran ayam dan beratnya hanya 8 pon. Semua dinosaurus non-unggas hidup di darat. Beberapa mungkin pergi ke rawa-rawa dan danau untuk mencari makan, tetapi mereka tidak sepenuhnya hidup di air. Pemakan daging berjalan dengan dua kaki dan berburu sendiri atau berkelompok. Pemakan tumbuhan berjalan dengan dua atau empat kaki dan merumput di tumbuhan.

Fitur yang membedakan dinosaurus dari reptil lainnya adalah lubang di rongga pinggul, yang memungkinkan dinosaurus berjalan tegak. Pterosaurus, atau reptil terbang, dan plesiosaurus, reptil laut, tidak memiliki ciri ini dan bukan dinosaurus.


Sejarah evolusi

Asal dan evolusi awal

Dinosaurus berkembang menjadi spesies sendiri dan berpisah dari nenek moyang mereka, archosaurus, sekitar 230 juta tahun yang lalu, pada periode Trias Tengah hingga Trias Akhir, kira-kira 20 juta tahun setelah peristiwa kepunahan Permian-Trias yang memunahkan hampir 95% kehidupan di Bumi. Penanggalan radiometrik dari formasi batuan yang mengandung fosil dinosaurus awal seperti genus Eoraptor membuktikan bahwa hewan tersebut adalah dinosaurus tertua di Bumi. Para paleontolog berpendapat bahwa Eoraptor kemungkinan adalah nenek moyang dari semua dinosaurus; jika hal ini benar, maka bisa disimpulkan bahwa pada awalnya, karakteristik dinosaurus adalah bertubuh kecil, dan predator berkaki dua. Penemuan hewan purbakala ornithodiran yang mirip dinosaurus seperti Marasuchus dan Lagerpeton di Argentina turut mendukung pendapat ini.


Ciri-ciri Dinosaurus

Untuk bisa diklasifikasikan sebagai dinosaurus,fosil atau dugaan dari seekor makhluk hidup,terutama hewan,harus memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

  1. Memiliki jenis tulang panggul Saurischia atau Ornithschia.

  2. Hidup pada Masa Mesozoikum, binatang apapun yang hidup sebelum atau setelah Masa Mesozoikum tidak dikategorikan sebagai dinosaurus, misalnya Dimetrodon.

  3. Memiliki kaki tegak langsung di bawah tubuh seperti Mamalia dan Aves modern.

  4. Tidak memiliki sayap atau sirip berukuran besar yang difungsikan untuk terbang atau berenang.

  5. Bereproduksi secara ovipar.


Spesies

Hingga Desember 2015, telah diketahui lebih dari 1.600 genera dinosaurus, tetapi kira-kira 30% dari jumlah ini adalah nama sinonim (tidak valid). Ini karena sama seperti pada zaman sekarang, fosil dinosaurus sesuai dengan keadaan binatang itu saat masih bernyawa. Jika saat masih hidup spesies dinosaurus tertentu sudah langka, maka fosilnya akan lebih langka lagi. Salah satu contohnya adalah fosil Iguanodon,Megalosaurus,atau Allosaurus, yang memiliki persebaran yang amat luas sampai terdapat di beberapa benua yang berbeda. Sebaliknya, fosil semacam Argentinosaurus, Therizinosaurus, atau Deinocheirus penyebarannya amat sempit dan sangat langka.

Dinosaurus juga menggunakan sistem nama binominal nomenklatur, seperti yang dicetuskan oleh biologis Carolus Linnaeus. Setiap dinosaurus memiliki dua nama, satu nama depan sebagai nama genus dan satu nama belakang sebagai nama spesies. Misalnya Tyrannosaurus rex, Brachiosaurus altithorax, Triceratops horridus, atau Stegosaurus armatus. Biasanya, di luar lingkungan ilmu pengetahuan, yang digunakan hanya nama genusnya. Namun nama lengkapnya ternyata menarik perhatian banyak orang sehingga sering diikutsertakan, yang berarti juga menambah arti dinosaurus itu. Misalnya Triceratops berarti "wajah bertanduk tiga", tetapi jika nama spesiesnya dipakai juga (horridus)berarti "wajah bertanduk tiga yang menakutkan".


Masa Hidup

Semua dinosaurus hidup pada Masa Mesozoikum (Zaman Pertengahan) yang berlangsung setelah Masa Paleozoikum dan sebelum Masa Kenozoikum / Neozoikum pada Eon Fanerozoikum (Kehidupan Terlihat). Masa Mesozoikum berlangsung antara 250-65 juta tahun yang lalu. Masa Mesozoikum dibagi menjadi tiga periode, yaitu Periode Triasik / Trias (250-206 juta tahun yang lalu), Jurasik / Jura (205-145 juta tahun yang lalu), dan Kretaseus / Kapur (144-65 juta tahun yang lalu).

Tidak semua dinosaurus hidup pada zaman yang sama, misalnya Stegosaurus dan Tyrannosaurus tidak pernah bertemu karena Stegosaurus hidup pada Periode Jurasik, sedangkan Tyrannosaurus hidup pada Periode Kretaseus. Dinosaurus pertama muncul pada Akhir Periode Triasik pada Kala Carnian, sekitar 237 juta tahun yang lalu, kemudian berkembang secara konstan lalu meledak ketika Periode Jurasik Awal. Kebanyakan dinosaurus hidup pada Periode Jurasik dan Kretaseus.


Makanan

Sebagian besar dinosaurus (sekitar 65%) adalah herbivora. Sekitar 30% adalah karnivora dan 5% sisanya adalah omnivora. Dinosaurus herbivora memiliki adaptasi yang beranekaragam untuk memakan tanaman yang beranekaragam pula. Beberapa dinosaurus herbivora seperti ''Kentrosaurus'' hanya memakan tanaman yang lunak. ''Ankylosaurus'' dan ''Sauropelta'' memiliki mulut yang lebih lebar, jadi mereka dapat memakan tanaman yang lebih bervariasi.

Sauropoda raksasa seperti ''Diplodocus''dapat mencapai tumbuhan yang tumbuh jauh dari tubuhnya, tetapi Brachiosauria seperti ''Brachiosaurus'' dapat meraih puncak pohon. ''Triceratops'' memiliki paruh kuat yang mampu memotong bagian tumbuhan yang keras, tetapi makanan paling bervariasi dari jenis herbivora adalah Hadrosauria seperti ''Edmontosaurus'' dan ''Corythosaurus''. Mereka memiliki sistem penggilingan yang efisien yang melibatkan paruh lebar untuk mencabut tanaman serta ratusan gigi geraham berbentuk intan yang berderet rapat di rahang mereka. Beberapa memiliki total 2.000 gigi—jumlah terbanyak dari semua reptilia herbivora.

Ornithopoda, Thyreophora, dan Marginocephalia dapat mengunyah makanan sebelum ditelan, tetapi tidak dengan Sauropodomorpha. Karena gigi mereka hanya di bagian depan mulut guna mencabut tanaman, Sauropodomorpha membantu proses digesti dengan menelan bebatuan kerikil yang disebut gastrolit, untuk membantu menggiling makanan di lambung. Apabila gastrolit tersebut sudah tumpul dan tidak dapat menggiling secara maksimal, mereka akan memuntahkannya dan menelan kerikil yang baru. Beberapa fosil Sauropodomorpha mengandung lebih dari 200 gastrolit di perut mereka. Beberapa ilmuwan tidak setuju dengan pendapat ini. Mereka beranggapan bahwa batu-batu itu tertelan secara tidak sengaja.

Dinosaurus karnivora telah berkembang sejak awal kemunculannya, diperlengkapi rahang berengsel dan gigi-gigi tajam bergerigi. Kelompok paling umum disebut Carnosauria, tetapi belakangan berkembang kelompok Maniraptorian yang mengembangkan struktur pencernaan omnivora dan herbivora. Salah satu jenis karnivora yang paling berbahaya adalah Tyrannosauria, yang memiliki otot rahang yang lebih kuat dibanding predator darat manapun yang pernah hidup. Gigi-gigi Tyrannosauria lebih pendek dari gigi Carnosauria dan geriginya lebih sedikit, tapi lebih tebal dengan akar gigi yang lebih kokoh.

Kebanyakan dinosaurus karnivora memburu langsung mangsa mereka, baik sendirian maupun berkelompok, juga dengan mencari-cari bangkai, atau merebut mangsa dari predator yang lebih kecil. Beberapa dinosaurus seperti ''Majungasaurus'' menunjukkan sifat kanibal. Beberapa kelompok dinosaurus seperti Spinosauria juga diketahui telah terspesialisasi untuk menangkap ikan dan hewan akuatik. Dinosaurus karnivora menelan bulat-bulat potongan daging dan memiliki sistem pencernaan yang lebih pendek dari dinosaurus herbivora.

Dinosaurus omnivora umumnya hanya memiliki sedikit atau bahkan tanpa gigi samasekali, sebagian besar meliputi kelompok Ornithomimoidea dan Oviraptoria yang bertubuh sedang dan kecil dengan mobilitas yang tinggi. Mereka biasanya mengkonsumsi kadal, telur, katak, mamalia kecil, pakis, paku-pakuan, tanaman berbunga, atau akar tumbuhan, dan barangkali ikan dan bangkai.


Perilaku

Perilaku dinosaurus merupakan salah satu topik yang paling seru untuk dibahas sekaligus menjadi perdebatan hangat para ahli paleontologi dan para ahli biologi modern selama puluhan dekade. Fosil memberitahukan kita mengenai struktur tubuh dinosaurus, dan juga mengindikasikan tempat hidup mereka, tetapi karena jaringan tubuh lunak seperti organ-organ dalam jarang terawetkan, tingkah laku dinosaurus masih menjadi misteri meskipun sedikit demi sedikit terbongkar. Pada dasarnya, hampir semua anggapan kita mengenai tingkah laku dinosaurus umumnya keliru.

Awalnya, dinosaurus dianggap sebagai hewan lamban yang bodoh dan tidak mengurus bayi-bayinya. Kini kita tahu banyak dinosaurus bipedal dapat berlari cepat dengan kelincahan yang baik, terutama untuk memburu mangsa kecil atau meloloskan diri dari karnivora. Kita kini juga tahu, kelompok Maniraptorian yang disebut Dromaeosaurida memiliki otak yang terhitung besar dibanding reptilia manapun. Mata dinosaurus Theropoda akhir menunjukkan pengelihatan steroskopis yang berguna mengukur jarak mangsa. Dari rongga mata mereka, kita juga bisa memperkirakan apakah dinosaurus tersebut aktif pada siang hari (diurnal) atau pada malam hari (nokturnal).

Pertahanan Dinosaurus herbivora mutlak membutuhkan pertahanan diri untuk menghadapi karnivora, yang bervariasi sesuai kelompok mereka. Kelompok Sauropodomorpha mengandalkan ukuran tubuh raksasanya untuk menghalau pemangsa. Umumnya, Sauropodomorpha berukuran lima sampai sepuluh kali lebih besar dibanding pemakan daging yang sezaman. Selain itu, mereka juga mengembangkan ekor cambuk, kaki yang kuat, cakar, bahkan pada beberapa kasus mereka memiliki perisai tubuh ekstra (''Ampelosaurus'' dan ''Agustinia'') serta thagomizer seperti Stegosauria (''Spinophorosaurus'') dan gada ekor seperti Ankylosauria (''Shunosaurus''). Penggunaan cambuk ekor masih diperdebatkan. Sebagian ahli menyetujui ekor panjang milik Sauropoda seperti Diplodocus dan ''Apatosaurus'' dapat membelit tubuh pemangsa dan membantingnya atau mencambuk predator dengan ekornya, tetapi tindakan itu dapat melukai vertebra ekornya. Sebagian ahli lain setuju suara menggelegar yang dihasilkan ketika ekor raksasa Sauropoda dikibaskan ke udara sudah cukup untuk menakuti predator. Dinosaurus-dinosaurus raksasa ini juga dapat berdiri dengan dua kaki untuk membuatnya terlihat lebih besar dan menakutkan.

Dinosaurus dengan pertahanan paling mengesankan adalah Thyreophora. Pada Zaman Jurasik, Stegosauria mendominasi dengan lempengan di leher, punggung, dan ekor, serta duri-duri ekor yang dikenal sebagai thagomizer, yang dapat membuat luka fatal bagi predator. Contoh terbaik mengenai penggunaan thagomizer terdapat pada fosil Allosaurus yang vertebranya mengalami luka hebat akibat tusukan thagomizer milik Stegosaurus. Ankylosauria memiliki pertahanan yang lebih menyeluruh, bahkan beberapa jenis seperti ''Minmi'' dari Australia juga memiliki pelindung di perut. Ankylosauria seperti Ankylosaurus dan Euoplocephalus hidup bersama predator-predator berbahaya seperti Tyrannosaurus dan Albertosaurus, jadi mereka membutuhkan pertahanan yang kuat. Ankylosauria mengembangkan perisai dari tonjolan tulang yang melingkupi leher, punggung, dan ekor, bahkan kelopak mata bertulang. Pada beberapa spesies Nodosauria seperti Sauropelta dan Edmontonia, pelindung bahu mereka berkembang menjadi duri raksasa yang mampu memberikan tusukan mematikan di kaki Theropoda. Gada Ankylosauria yang terbuat dari beberapa tulang padat yang menyatu bisa seberat 30 kg. Satu ayunan cukup untuk meretakkan tulang kaki, rusuk, atau bahkan tengkorak Theropoda.

Dinosaurus mengesankan lainnya adalah Marginocephalia, terutama Ceratopsia. Mereka mengembangkan jumbai seperti kerah raksasa, tersusun dari tulang, yang melindungi leher dari gigitan predator. Tanduk-tanduk Ceratopsia juga mampu mengakibatkan kerusakan hebat. Sebagian ahli tidak setuju dengan pendapat ini. Mereka beranggapan sebagian Ceratopsia mempunyai kerah leher yang terlalu tipis untuk dijadikan pertahanan, dan tanduk mereka berrongga dan mudah patah. Namun, beberapa Ceratopsia seperti Triceratops menunjukkan kerusakan tanduk dan jumbai yang kemungkinan besar disebabkan oleh pertarungan melawan predator. Pada umumnya, sekalipun tidak digunakan langsung dalam pertarungan, Ceratopsia bukan pilihan pertama bagi predator karena jumbai dan tanduk mereka sudah bisa mengitimidasi pemangsa.

Marginocephalia lain seperti Pachycephalosauria dan Ornithopoda menerapkan strategi pertahanan sederhana: mereka lari secepat mungkin. Mereka mengembangkan otot kaki yang kuat sehingga dapat berlari hingga kecepatan 45 km/jam untuk waktu yang lama. Mereka juga hidup dalam kelompok beranggotakan ratusan hingga ribuan binatang untuk memperkecil kemungkinan dimangsa. Beberapa Ornithopoda juga menggunakan suara keras untuk menakut-nakuti pemangsa.

Pengembangbiakan

Diformisme seksual pada dinosaurus paling terlihat pada kelompok Ornithopoda dan Marginocephalia. Pada Ornithopoda berjengger seperti Parasaurolophus, Corythosaurus, dan Lambeosaurus, jengger besar menandakan dinosaurus tersebut merupakan jantan dan sebaliknya. Hal ini disepakati oleh tiap ilmuwan sebab binatang-binatang modern juga memiliki ciri yang sama, misalnya merak jantan mempunyai ekor yang panjang, tanduk rusa jantan lebih besar dari yang betina, dan sebaliknya. Marginocephalia seperti Ceratopsia melakukan hal yang sama dengan jumbai dan tanduk mereka. Para ahli berpendapat bahwa jumbai Ceratopsia dialiri oleh darah sehingga dapat mengubah warna kulit jumbai pada saat-saat tertentu untuk memikat betina. Ritual ‘adu kepala’ juga merupakan hal yang umum pada Pachycephalosauria dan Ceratopsia. Ceratopsia saling tanduk dengan tanduk-tanduk besar mereka untuk memperebutkan betina.

Tebal tengkorak Pachycephalosaurus dapat mencapai 25 cm (tebal tengkorak manusia rata-rata hanya 5,5 mm) dan cukup kuat untuk menahan benturan. Akan tetapi, alih-alih saling menumbukkan kepala, mereka mungkin hanya saling dorong dengan kepala atau main gebuk ke tubuh. Benturan terlalu sering juga tidak baik untuk struktur kepala mereka. Stegosauria juga memiliki lempeng yang dialiri oleh darah, yang mungkin juga berubah warna ketika berusaha memikat berhatian betina. Hal yang sama bisa terjadi pada modifikasi spina punggung beberapa dinosaurus seperti Ouranosaurus dan Spinosaurus. Jengger Theropoda seperti Dilophosaurus juga mungkin berfungsi sama, karena meskipun terbuat dari tulang, jengger ini terlalu tipis untuk perkelahian. Banyak paleontolog berpendapat bahwa beberapa Theropoda seperti Tyrannosaurus mesti memberikan ‘hadiah’ untuk merayu betina, misalnya makanan, karena Tyrannosaurus betina berukuran satu meter lebih panjang dibanding Tyrannosaurus jantan dan hampir satu ton lebih berat. Sauropodomorpha seperti Giraffatitan mungkin melakukan adu leher seperti jerapah modern untuk memperebutkan betina.

Perawatan Salah satu kekeliruan etologi dinosaurus yang paling terkenal adalah penemuan fosil seekor dinosaurus yang tengkurap di sebuah sarang berisi telur. Para paleontolog menamainya Oviraptor, yang berarti pencuri telur, atas dasar anggapan bahwa dinosaurus tersebut mati saat berusaha mencuri telur dinosaurus lain. Akan tetapi, beberapa dekade kemudian kita mengetahui bahwa Oviraptor mati karena melindungi sarangnya sendiri, mungkin karena badai pasir. Ini menunjukkan pola dasar perawatan binatang: menjaga telur.

Tak cukup sampai di situ, banyak dinosaurus terutama Ornithopoda dan Theropoda menjaga bayi-bayi mereka, memberi mereka makan sampai cukup besar untuk hidup sendiri. Pola pengasuhan ini kelak diturunkan ke hasil evolusi dinosaurus, yakni burung. Penemuan pertama mengenai pola perawatan telur dan bayi terjadi di Formasi Two Medicine, di mana dinosaurus yang dinamai Maiasaura (berarti “ibu kadal yang baik”) berada di sebuah situs sarang, masing-masing sarang berjarak 7-9 meter, yang berarti sepanjang Maiasaura dewasa. Maiasaura merawat bayi-bayi mereka dan menyertakannya dalam kelompok seperti kebanyakan mamalia herbivora masa kini. Salah satu perilaku pengasuhan aneh didapat dari Troodon, Maniraptorian sepanjang 3,5 meter yang menitipkan telurnya ke sarang dinosaurus lain agar induknya tidak perlu susah payah merawat anak-anaknya, mirip perilaku burung tekukur modern. Pendapat ini didasarkan pada fosil sarang Orodromeus yang berisi sebutir telur dengan embrio Troodon. Sementara itu, kebanyakan Sauropodomorpha bertelur dan menimbunnya begitu saja di tanah seperti penyu modern. Sauropodomorpha memiliki laju pertumbuhan paling cepat dari semua dinosaurus—beberapa dari mereka bertambah berat 2-5 kilogram dalam sehari dan hanya butuh 20 tahun untuk mencapai ukuran maksimal.

Teritorial Burung modern bisa dibilang sebagai salah satu binatang paling ketat menjaga wilayah kekuasaan dan perburuan mereka, jadi kita bisa simpulkan bahwa perilaku ini kemungkinan besar diwarisi dari nenek moyang mereka: dinosaurus. Terutama Theropoda, teritori menjadi urusan yang penting. Dinosaurus pemakan daging dapat bertarung baik dengan sesama maupun berbeda spesies untuk memperebutkan teritori. Banyak fosil yang telah membuktikan hal ini, terutama pada Carnosauria dan Tyrannosauria, terdapat bekas-bekas gigitan baik dari sesama maupun berbeda spesies. Pada beberapa kasus, Theropoda melakukan tindakan yang lebih ekstrem lagi, yaitu kanibalisme. Hal ini telah diketahui dari fosil Majungasaurus dari Madagaskar, dan kemungkinan besar Tyrannosauria.


Ukuran

Semua ahli setuju bahwa dinosaurus merupakan binatang terbesar yang pernah berjalan di bumi. Dinosaurus-dinosaurus terbesar berada di kelompok Sauropodomorpha, yang dapat tumbuh hingga sepuluh kali lebih besar dibanding mamalia darat terbesar, Paraceratherium, dan sepuluh kali lebih besar dibanding dinosaurus karnivora terbesar atau dinosaurus Ornithschia terbesar. Ukuran dinosaurus raksasa meningkat pesat dalam beberapa dekade terakhir. Sebelumnya, dinosaurus raksasa terpopuler adalah Brachiosaurus, yang diklaim mencapai panjang 25 m dengan tinggi 13 m dan berat 50 ton. Pada tahun 1987 di Argentina, fosil Argentinosaurus ditemukan. Estimasi ukuran dinosaurus ini mencapai 35 atau 40 m panjangnya dan berat sekitar 80-100 ton. Sebagian besar dinosaurus yang berukuran panjang di atas 30 m hanya dikenali dari sisa-sisa parsial, bahkan kadang hanya satu atau dua tulang saja, sehingga upaya merekonstruksi makhluk sebesar ini membutuhkan usaha menduga-duga. Paleontolog biasanya mengambil perkiraan kerabat dekat sebagai penentu ukuran. Dinosaurus terbesar yang diklaim valid adalah Bruhathkayosaurus dan Amphicoelias. Amphicoelias, dengan panjang 60 m, adalah vertebrata terpanjang dalam sejarah bumi. Bruhathkayosaurus mungkin merupakan dinosaurus terberat. Rekor dinosaurus sekaligus binatang tertinggi jatuh pada Sauroposeidon, tingginya mencapai 18 m.

Dinosaurus karnivora raksasa mempunyai selisih ukuran yang tipis, akan tetapi telah diketahui bahwa Theropoda terbesar adalah Spinosaurus dari Afrika Utara, dengan panjang antara 15–16 m dan berat 7-11 ton, disusul Giganotosaurus, Carcharodontosaurus, dan Tyrannosaurus lalu Mapusaurus.

Sementara, pemegang rekor dinosaurus terkecil masih diperdebatkan. Compsognathus pernah diduga sebagai dinosaurus terkecil, dengan panjang 60 cm dan berat 4 kg. Kemudian diketahui bahwa fosil tersebut merupakan hewan yang masih muda. Compsognathus dewasa mencapai panjang sekitar satu meter. Ornithschia terkecil adalah Fruitadens dengan panjang kurang dari 80 cm, yang hidup pada Zaman Jurasik.




Comments


bottom of page